Assalamuallaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
MAAF Ustadz, numpang nanya nih… Bagaimana hukumnya bila habis berhubungan suami istri namun tidak langsung mandi junub? Yang kedua, bolehkah beraktivitas dalam keadaan junub?
IF
Wassalamu’alaykum Warahmatullahi Wabarakatuh
Ikhwah fillah Rahimakumullah,
Secara bahasa al-Junb berasal dari kata januba-yajnubu-janb[an]-wa janâbat[an], artinya keluar air mani (al-Munawwir, hlm. 212). Sedangkan al-Janâbahsecara istilah adalah, najis maknawi yang berasal dari haidh, nifas, wath’i (setubuh) atau keluar mani dengan syahwat (M. Ruwwas Qal’ah jie, al-mawsu`ah al-Fiqhiyyah al-muyassarah; dar al-Nafais, hlm. 649, juz.1). Ketika seseorang dalam keadaan junub maka secara syar’i diharamkan melakukuan aktivitas berikut ini:
1. Shalat dan thawaf . Kedua ibadah tersebut haram dilakukan oleh seseorang yang sedang junub karena syarat sah pelaksanaan kedua ibadah tersebut harus dalam keadaan suci.
2. Menyentuh dan membawa mushhaf al-Qur’an, hal ini berdasarkan sabda Nabi saw. Artinya, “tidak boleh menyentuh mushhaf al-Qur’an kecuali dalam keadaan suci.” (HR. Al-Hakim dalam Mustadrak al-Hakim 3/485, kwalitasnya shahih dan disepakati oleh al-Dzhahabi).
Namun jika yang disentuh adalah mushaf yang disertai dengan tafsir atau tarjamah, maka hal itu boleh selama mushaf yang dibawa itu tidak dinamakan al-Quran.
3. Membaca al-Quran. Hal ini berdasarkan hadits nabi riwayat al-Tirmidzi artinya, “ orang yang haidh dan orang yang junub tidak boleh membaca al-Qur’an”.
4. Tinggal di masjid, hal ini berdasarkan hadits nabi artinya, “ sesungguhnya aku tidak menghalalkan bagi seorang haidh dan junub untuk diam di masjid.” (HR. Abu Daud). Namun jika hanya lewat dan masuk masjid karena ada suatu kebutuhan maka diperbolehkan.
Selain diharamkan, bagi orang junub makruh hukumnya melakukan adzan, iqomah dan khutbah jum’at.
Bagi orang junub diperbolehkan untuk berdzikir, berdoa, berpuasa, menggunting kuku. seorang yang junub juga disunnahkan untuk wudhu ketika hendak makan, minum, tidur dan mengulang kembali perbuatan jima’ dengan isterinya.(M. Ruwwas Qal’ah jie, al-mawsu`ah al-Fiqhiyyah al-muyasssarah; dar al-Nafais, hlm. 649, juz.1 dan Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, juz 1, hlm. 58-59).
Berdasarkan penjelasan di atas, maka aktivitas orang yang junub diperbolehkan selama tidak melakukan perbuatan yang diharamkan dan dimakruhkan berdasarkan dalil-dalil di atas.Wallahu `a’lam bi al-Shawwâb. []
Dijawab oleh Azi Ahmad Tajudin, S.HI, M.Ag/ Kandidat Doktor di UIN Hidayatullah, Bandung