SOSOK alim dan ahli zuhud yang wafat pada tahun 162 Hijriyah ini merupakan salah satu guru terbaik ia adalah Imam Abdullah bin Mubarak Rahimahullahu Ta’ala.
Dikisahkan oleh Imam Abdullah bin Mubarak Rahimahullahu Ta’ala yang dikutip oleh Imam Ibnu katsir Rahimahullahu Ta’ala dalam al-Bidayah wa an-Nihayah.
Kisah yang dinukil oleh Syeikh Abdul Fattah Abu Ghuddah dalam syarah Risalah al-Mustarsyidin ini menyebutkan sang alim nan zuhud, Ibrahim bin Adham sebagai salah satu orang alim yang ahli ibadah namun tidak pernah memperlihatkan satu pun tasbih atau amalannya.
Suatu hari, Imam Ibrahim bin Adham berkata, “Rumah kita ada di depan. Hidup kita adalah setelah kematian; mungkin ke surga atau ke neraka. Bayangkanlah seakan dirimu melihat malaikat maut dan kawan-kawannya datang untuk mencabut nyawamu. Bayangkanlah keadaanmu saat itu!”
Siapkah kita menyambut Izrail ‘Alaihi salam yang bisa bertamu seketika, kapan saja, sekonyong-konyong? Adakah kita mampu menyambutnya dengan senyum lantaran kesiapan atau tangis ketakutan lantaran ketidaksiapan dan banyaknya tumpukan dosa?
Adakah amalan-amalan yang secuil mampu menolong kita dari dahsyatnya sakaratul maut? Mampukah kita menanggung tiap sakit yang mengiringi perginya nyawa dari dalam badan?
Imam Ibrahim bin Adham melanjutkan, “Bayangkanlah kengerian tempat pembaringanmu (di alam kubur) dan pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir. Bayangkanlah bagaimana keadaanmu ketika itu!”
Akankah kita berhak mendapatkan nikmat di alam kubur dengan berterbangan di tembolok-tembolok burung hijau di taman-taman surga? Adakah kita bisa mencicipi nikmat di alam kubur sebelum surga yang abadi?
Pungkas sang Imam mengatakan, “Bayangkanlah kengerian dan kedahsyatan Hari Kiamat, juga pembeberan amal dan hisab. Bayangkanlah bagaimana keadaanmu saat itu!”
Hari Kiamat? Betapa sangat mengerikannya. Bahkan satu gempa mampu menghancurkan badan dan seluruh harta yang dititipkan kepada kita, apalagi dengan kedahsyatan tak terkira ketika planet-planet saling bertabrakan.
Lalu pikirkanlah kesudahannyadakah kita mampu melewati kengerian hisab? Adakah kita mampu mempertanggungjawabkan setiap pekerjaan yang kita lakukan, sekecil apa pun? Adakah kita mampu bersaksi bahwa setiap yang dilakukan adalah amal shalih yang bermanfaat untuk akhirat?
Oleh karena kedahsyatan pertanyaan-pertanyaan dan perenungan Imam Ibrahim bin Adham ini, Imam Abdullah bin Mubarak berkata, “Usai mengatakan kalimat-kalimat tersebut, dia langsung menjerit lalu pingsan?”
Jika beliau menjerit dan pingsan lantaran ketakutan padahal amalnya banyak, bagaimana reaksi kita saat membaca untaian kalimat Imam Ibrahim bin Adham ini?
Wallahu a’lam. []
Sumber: kisah hikmah