KEBANYAKAN manusia menganggap orang fakir itu adalah orang yang tidak memiliki kekayaan, baik uang maupun harta. Sebenarnya orang yang dikatakan fakir jika ia menjadi budak budak kebodohan, hawa nafsu, syahwat. la terjangkit sifat nifaq, zalim, dan merasa benar sendiri. Orang fakir di dalam hatinya kosong dari perasaan tentang kemuliaan seorang manusia, sudah padam cahaya iman di dalam hatinya.
Michail Naimo berkata, “Setiap orang munafik, pencuri, dan fasik adalah fakir. Setiap pemarah, pengadu domba, dan pendendam adalah fakir. Setiap penyebar fitnah dan penjilat adalah fakir. Setiap orang yang membanggakan kekayaan, kecantikan, kedudukan adalah fakir. Setiap
orang yang mau makan dari hasil keringat orang lain adalah fakir. Setiap orang yang merendahkan diri tetangga agar ia hebat atau melaparkannya agar ia kenyang adalah fakir. Setiap orang yang ditunggangi hawa nafsu, orang yang tidak tahu diri dari mana ia dan ke mana akhirnya adalah fakir.”
BACA JUGA: Muslim yang Munafik
Bukankah mereka semua itu fakir dalam arti sesungguhnya? Mereka fakir akan akhlak yang baik.
Ya Allah, jangan jadikan kami orang-orang seperti mereka. Jadikan kami orang yang fakir terhadap diri-Mu. Berikan kekayaan dari-Mu yang Engkau ridhai.
Bukankah Rasulullah SAW telah bersabda,
“Sesungguhnya orang yang paling aku cintai di antara kalian dan yang paling dekat kedudukannya denganku di hari Kianat kelak adalah orang yang terbaik akhlaknya.” (HR at-Tirmidzi)
Mereka tidak berhak dikasihani karena diharamkan dari rahmat Allah jika mereka belum bertobat dan memperbaiki diri. Coba berpikirlah sejenak apakah dirimu termasuk dalam salah seorang tersebut? Jika kamu menjawab ‘Ya’, introspeksilah dirimu. Tinggalkanlah sifat buruk itu, kembalilah ke jalan Allah SWT. Jika kamu menjawab ‘Tidak’, ucapkanlah, ‘Alhamdulillah’ karena masih dalam lindungan Allah SWT.
Rasulullah SAW bersabda, “Orang kaya itu bukan orang yang mempunyai harta melainkan orang yang kaya hati.”
Ada orang yang mengatakan, “Bukankah orang fakir itu yang sedikit hartanya, tetapi orang yang mempunyai banyak kebutuhan.”
BACA JUGA: Al Kafirun: Untukmu Agamamu dan Untukkulah Agamaku
Al-Mutanabbi mengatakan, “Dan, siapa meluangkan waktunya untuk mengumpulkan harta karena takut akan kefakiran, padahal apa yang ia perbuat adalah kefakiran.”
Bakar bin Udzunai berkata, “Berapa banyak orang fakir yang memiliki kelapangan jiwa dan berapa banyak orang kaya, tetapi ia sempit jiwanya, sejatinya ia merupakan
orang miskin.” []
REFERENSI: Bermalam di Surga/Dr. hasan Syam Basya/Gema Insani/2015