NURRUDIN mengirim komandan Asaduddin dan Shalahuddin Al-Ayyubi ke Mesir pertama, kedua dan terakhir mampu mengalahkan Syawar dan Amalric raja Jerusalem. Atas kemenangan ini Khalifah Fathimiyah Al-‘Adhid memberi Asaduddin Syirkuh kedudukan sebagai wazir. Namun baru dua bulan ia menduduki jabatan itu Syirkuh meninggal tahun 1169 M.
Shalahuddin Al-Ayyubi berduka atas meninggal pamannya. Oleh karena kekosongan jabatan itu Khalifah menunjuk Shalahuddin untuk menduduki jabatan wazir. Pertimbangan Khalifah terhadap tokoh muda itu agar mudah dalam kendalinya, tapi fakta berkata lain.
Terhadap jabatan wazir itu banyak pejabat Fathimiyah yang menginginkannya sehingga mereka membuat permusuhan dengan Shalahuddin, dari dalam kerajaan dan dari luar. Shalahuddin mampu mengatasi para pemberontak itu. Beberapa waktu kemudian khalifah sakit dan Al-’Adhid sebagai khalifah Fathimiyah terakhir meninggal tahun 1171 M. Shalahuddin meduduki jabatan itu. Ia memuliakan dan melindungi keluarga khalifah.
BACA JUGA:Â Â Kehidupan Kanak-kanak Salahuddin Al-Ayyubi
Shalahuddin Al-Ayyubi: di Syria
Shalahuddin sebagai penguasa penuh setelah kematian Khalifah Fathimiyah ia tetap menjalin hubungan baik dengan Nuruddin yang berkuasa di Syria, bahkan ia mengirimi Nuruddin hadiah dan menyebutkan namanya dalam khutbah Jum’at. Ketika Nuruddin wafat, kerajaannya jatuh kepada putranya, al-Malik Ash-Shalih Ismail. Saat itu putranya masih kecil, maka diangkatlah wali untuk menjalankan wasiat ayahnya dan mengatur kerajaan, Syamsuddin Ibn Muqadim. Para menteri saling bersaing. Mereka masing-masing saling melemahkan, menipu daya dan menyerang lainnya. Sementara raja yang masih kecil belum memahami intrik di dalam kerajaan itu.
Di luar kerajaan Saifuddin sebagai penguasa Mosul dan sepupu al-Malik ash-Shalih bangkit mengambil alih kota-kota di Jazirah yang dulu tunduk kepada Nuruddin. Para amir pun memiliki kecenderungan untuk memisahkan diri. Negeri-negeri itu mengalami perpecahan yang tragis.
Shalahuddin mengetahui konflik dan kekacauan yang terjadi di Syria. Ia mengawasi berbagai peristiwa itu dengan jeli. Ia mendapat kiriman surat dari penduduk Damaskus untuk menyelesaikan berbagai kekacauan di wilayah itu. Shalahuddin datang sendiri melakukan perjalanan ke Syiria. Ia sampai di kota itu tahun 1174 M. Ia beristirahat di rumah ayahnya. Benteng diserahkan kepadanya. Ia mengambil harta dan perbendaharaannya bukan untuk dirinya tapi untuk dibagikan kepada kaum miskin dan yang membutuhkannya. Ia datang ke Damaskus untuk menolong putra tuannya, al-Malik ash-Shalih.
Shalahuddin di Damaskus mampu mengembalikan keamanan, keadilan dan menghilangkan kedzaliman. Ia bahkan mampu menyatukan wilayah Homs, Hamah dan Aleppo ke dalam kekuasaannya. Para penentangnya mampu ia tundukkan dan atasi. Ia memohon izin kepada Khalifah Abbasiyah al-Mustahdhi untuk menyatukan Mesir, Syria dan Afrika Utara.
Perang Salib
Perang Salib adalah suatu istilah untuk invasi yang dilakukan oleh orang-orang Eropa selama dua abad dengan tujuan melepaskan Jerusalem dari tangan kaum Muslim dan membendung arus Islam yang menyebar dari sisi lainnya.
Perang Salib ini memiliki sebab dan motif yang beragam. Di antaranya, kedengkian pasukan salib terhadap kaum Muslim akibat Jerusalem masuk ke dalam keadilan Islam. Juga akibat pembebasan Islam terhadap wilayah Asia, Afrika dan sebagian Eropa; ancaman pendudukan Konstantinopel oleh orang-orang Seljuk Muslim, kaisar Alexius meminta bantuan negara-negara Eropa; ketika orang-orang Eropa yang berziarah ke Jerusalem kembali ke negaranya mereka memfitnah dan memporvokasi orang-orang Kristen untuk melawan kaum Muslim; adanya propaganda pengampunan dosa bagi yang mau merebut Jerusalem dari kaum Muslim; kecenderungan Fathimiyah yang bersekutu dengan Bizantium dalam melawan Seljuk, dan pidato Paus Urban II di Clermont, Prancis, bahwa perang ini untuk mendapatkan Asia dan kekayaan alamnya.
Peter the Hermit mengunjungi Jerusalem dan setelah ia kembali mengadakan pertemuan dengan Uskup. Dalam pertemuan itu sepakat dinyatakan perang Salib. Pasukan yang diorganisasi bangsawan datang dari Prancis dan Itali berkumpul di Konstantinopel. Mereka bergerak melewati berbagai kota hingga sampai di Jerusalem tahun 1099 M.
Setelah memblokade Jerusalem selama sebulan mereka berhasil memasukinya. Pasukan Salib segera menghabisi dan menjarah kota itu. Kaum Muslim yang dibantai mencapai 70 ribu orang, laki-laki, perempuan dan anak-anak. Kaum Muslim disapu bersih hingga banjir darah selutut. Mereka yang lolos mengungsi ke wilayah-wilayah lain, Baghdad.
BACA JUGA:Â Â Bebaskan Yerusalem pada 2 Oktober 1187, Inilah Pertempuran yang Dilakukan Shalahuddin Al Ayyubi
Sebab jatuhnya Jerusalem. Ketika itu orang-orang Frank memblokade Jerusalem, sementara penguasa Seljuk, Muhammad bin Maliksyah berperang dengan saudaranya, Frank menguasai Acre sementara raja-raja Syiria saling berperang, terbaginya negeri-negeri Islam ke dalam wilayah yang kecil.
Tanda-tanda kebangkitan dimulai dari dinasti Zanki yang menguasai Mosul hingga Ma’araat an-Nu’man tahun 521 H. Ketika itu penguasanya Imaduddin Zanki. Ia mampu membangun negara yang kuat. Ia memulai serangan-serangan terhadap pasukan Salib satu per satu, yang terpenting serangan di Ar-Ruha tahun 539 H. Setelah kematian Imduddin dilanjutkan oleh Nuruddin Mahmud yang mampu mengusir pasukan salib menyerbu Damaskus tahun 541 H. Kemenangan ini memberi semangat kepada masyarakat Muslim dan mendorong kemenangan yang lain. []
BERSAMBUNG | SUMBER: LUAYDPK