DALAM sejarah dan peradaban Islam, banyak pemimpin yang dilukiskan sebagai teladan. Mulai dari Nabi Muhammad hingga pemimpin-pemimpin kontemporer kini. Satu dari sekian banyak teladan dari figur pemimpin tersebut adalah Shalahuddin Al-Ayyubi.
Shalahuddin adalah penguasa sekaligus panglima kaum Muslimin yang terkenal lemah lembut.
BACA JUGA: Parcel untuk Musuh dari Shalahuddin al-Ayyubi
Suatu malam ada segerombolan pencuri menyantroni pemukiman Nasrani, mereka mengambil bayi yang baru berusia tiga bulan. Lalu membawanya hingga sampai di tenda sultan Salahuddin dan menawarkannya kepadanya.
Mengetahui anaknya hilang diculik, ibu si bayi menangis histeris sepanjang malam. Kabar ini tersiar hingga ke telinga raja.
Dibawalah si ibu tadi menghadap raja. “Pergilah, temui sultan itu. Mintalah kepadanya, pasti dia akan mengembalikannya kepadamu. Sesungguhnya dia adalah orang yang murah hati,” ucap si raja.
Maka pergilah si ibu menuju kamp muslimin dan mengisahkan musibah yang menimpanya.
Para penjaga kemudian mengantarnya ke ruangan sultan.
Maka bertemulah si ibu ini dengan Salahuddin sambil menangis kencang dan membenamkan wajahnya ke tanah.
Sultan memintanya untuk menceritakan gerangan apa yang telah terjadi kepadanya.
Si ibu pun segera mengutarakan kejadian semalam. Setelah mendengar kisah tersebut, Salahuddin menaruh simpati kepadanya. Mata si ibu kembali bercucuran air mata melihat respon sultan.
Salahuddin lalu meminta prajuritnya untuk mencari si bayi yang dimaksud. Setelah pencarian, ternyata bayi tersebut dijual di sebuah pasar. Lalu sultan menitipkan sejumlah uang kepada para prajuritnya untuk menebusnya.
Sultan terus mengamati semua proses yang tengah dijalankan prajuritnya.
Dia tidak berhenti berdiri sampai bayi tersebut benar – benar telah kembali ke dekapan ibunya. Si ibu segera memeluk bayinya sambil menangis tersedu – tersedu, peristiwa ini disaksikan oleh para prajurit muslim.
BACA JUGA: Apa Penyakit yang Sebabkan Kematian Shalahuddin Al Ayyubi?
Mereka ikut terharu dan menangis.
Si ibu menyusui bayinya sekitar satu jam, kemudian Salahuddin al-Ayyubi meminta prajuritnya untuk mengantarkan si ibu tadi pulang ke pemukimannya dengan menggunakan kuda.
Saat kejadian, Ibnu Syaddad berada tepat disamping Salahuddin, kemudian dia mengabadikan kisah ini dalam bukunya, Nawadir As-Sulthaniyyah. []
Sumber: Hikmah dalam Kisah, Humor dan Pepatah/Karya Abdulaziz Salim Basyarahil