SAYA punya sahabat satu lain lagi. Pengusaha percetakan. Kaya. Perusahaannya ga gede-gede amat. 110 karyawan. Nyohib sejak 2007 saat saya nyetak buletin di dia waktu itu. Saya, belum pernah nemu orang sebaik dia hatinya. Menurut Matematika, orang seperti dia ini bakalan susah jadi pengusaha. Ga tegaan. Tapi, dia bisa mimpin segitu banyak karyawan, dan perusahaannya growing sana-sini. Empat kota berbeda. Waktu saya bangun rumah, dia bantu 50 juta tunai tanpa babibu.
Saya pernah nanya, apa rahasia dia bisa bertahan dengan bisnisnya. Jawabannya simpel: “Pertolongan Allah.” Pertanyaan saya selesai. Ga ada tapi dan bagaimana-bagaimana lagi. Sesimpel itu.
Saya masih inget, di tahun 2012, dia mulai ngondisiin orang-orang deketnya di perusahaan untuk selalu shalat berjamaah lima waktu di masjid untuk karyawan laki-laki. Paling ga, setiap dhuhur dan ashar, masyarakat sekitar kota kami biasanya bisa liat pasukan oranye berduyun-duyun ke masjid pas waktu adzan.
BACA JUGA: Sebenarnya, Bukan Cantik yang Membuat Cinta, tapi ….
Kali lain, setiap Jumat pagi, sebagian karyawan yang mau, baca surat Kahfi barengan di tempat kerja, sebelum kerja dimulai. Itu keren, menurut saya.
Pernah kami berbincang ringan, hal-hal yang tak pernah kami tinggalkan selama hidup. Saya akhirnya tahu, sahabat saya ini tak pernah sekalipun ketinggalan shalat di waktu Dhuha. “Kita ga pernah tau, dimana dan bagaimana Allah menjaga kita, menjaga penghidupan kita,” tuturnya sambil malu-malu. Kemudian ia menyitir satu kisah dari Imam Hasan Al-Bashri.
Suatu ketika datang seseorang kepada Imam Hasan Al-Basri mengadukan masalahnya. Orang pertama datang mengadukan musim paceklik, kemudian Hasan Al-Basri berkata kepadanya: “Istighfarlah engkau kepada Allah”.
Kemudian orang kedua datang mengadukan tentang kemiskinannya, Hasan Al-Basri juga berkata kepadanya: ”Istighfarlah engkau kepada Allah“.
Datang lagi orang ketiga mengadukan kondisinya yang tidak kunjung dikaruniai anak, Hasan Al-Basri berkata kepadanya: ”Istighfarlah engkau kepada Allah“.
Datang lagi orang keempat mengadukan tentang kebunnya yang kering, kemudian Hasan Al- Basri berkata kepadanya: ”Istighfarlah engkau kepada Allah”.
Semua keluhan dan masalah yang diadukan kepada Hasan Al-Basri dijawabnya dengan: “Istighfarlah engkau kepada Allah”.
Memperhatikan hal tersebut, al-Rabi bin al-Sabih, murid Hasan Al Basri bertanya kepada beliau dengan sangat penasaran. “Wahai Syaikh Hasan al-Basri, tadi orang-orang berdatangan kepadamu mengadukan berbagai permasalahan, dan engkau memerintahkan mereka semua agar beristighfar, mengapa demikian?”
BACA JUGA: Black Magic
Hasan Al-Bashri menjawab: “Aku tidak menjawab berdasarkan pikiranku sendiri, tetapi karena Allah Subhanahu wata’ala telah mengatakan dalam firman-Nya di Surat Nuh ayat 10-12.”
“Maka aku katakan kepada mereka: ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” (QS. Nuh: 10-12)
Shalat Dhuha, bisa jadi, salah satu pembuka ampunan Allah SWT kepada kita. Yang saya ambil dari sohib saya ini, berdoalah kepada Allah bukan karena engkau membutuhkannya. Tapi semata karena engkau ingin bersyukur kepada-Nya. []