Umat Islam merayakan untuk pertama kalinya Idul Fitri ketika Perang Badar usai, yakni pada 17 Ramadhan tahun kedua hijrah. Meskipun dengan jumlahnya sedikit, sebanyak 319 pasukan Muslim berhasil mengalahkan sekitar seribu pasukan dari kaum musyrik Quraisy. Dengan demikian, ada dua kemenangan yang dirasakan kaum Muslim pada waktu itu, yakni di medan jihad fisik dan jihad melawan hawa nafsu.
Seperti diketahui, sejak tahun kedua hijrah, Allah SWT mewajibkan umat Islam untuk menunaikan ibadah puasa pada Ramadhan. Menurut sebuah riwayat, Nabi Muhammad dan para sahabat menunaikan shalat Idul Fitri pertama mereka dengan kondisi tubuh yang masih belum pulih akibat luka-luka sisa Perang Badar.
Betapa beratnya keadaan fisik Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam kala itu. Sampai-sampai, beliau mesti bersandar pada Bilal RA selama menyampaikan khutbahnya. Dalam kitab al-Bidayah wa an-Nihayah, Ibnu Katsir menjelaskan, awal mula penyelenggaraan shalat dua hari raya di lapangan lapangan besar sehingga berlangsung masif.
Kala Idul Fitri yang pertama, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam pergi meninggalkan masjid. Dengan diiringi sejumlah sahabat, Nabi menuju suatu tanah lapang dan mengumpulkan segenap kaum Muslim agar menunaikan shalat Idul Fitri di sana. Sejak saat itu, umat Islam sampai kini menyelenggarakan shalat Id di lapangan luas, baru kemudian masjid bila mana terjadi kendala cuaca.
Hal ini antara lain untuk menunjukkan semarak dan ukhuwah Islam di tengah masyarakat. Shalat Idul Fitri dan Idul Adha masingmasing sebanyak dua rakaat yang dilengkapi pula dengan khutbah. Para jamaah dilarang meninggalkan tempat duduknya sebelum khatib tuntas menyampaikan khutbah. Sebelum pelaksanaan shalat Idul Fitri, setiap Muslim wajib menunaikan zakat fitrah sebagai salah satu rukun Islam.[]
Sumber: Khazanah Republika