SUATU malam, Ujang dan Cecep bermaksud tunaikan shalat tahajjud di mushola. Pada saat bersamaan, tepat di depan mereka berdua ada seorang santri senior bernama Walid sedang melakukan shalat juga. Walid nampaknya begitu khusyu, karena shalatnya lama sekali.
“Eh Cep, khusyu bener tuh senior kita shalatnya,” kata Ujang.
BACA JUGA: Kiayi Kembalikan Amplop Honor untuk Keperluan Masjid
“Khusyu? Dari mana kamu tahu si Walid itu khusyu shalatnya,” timpal Cecep.
“Lah itu buktinya, shalat dia lama sekali.”
“Kamu jangan salah mengerti Jang,” jawab cecep melanjutkan, “orang yang shalatnya lama itu bukannya khusyu, tapi berusaha untuk khusyu tapi nggak bisa-bisa, makanya shalatnya lama.”
Lantas Cecep menganalogikan (meng-qiyaskan) shalatnya si Walid dengan sinyal HP.
“Orang yang shalatnya lama itu mirip HP yang sedang mencari sinyal karena sinyalnya kecil, jadi sulit dipakai untuk komunikasi. Mending kaya kita yang biasa-biasa saja shalatnya, nggak lama tetapi juga nggak sebentar, itu baru namanya khusyu Jang,” jelas Cecep panjang lebar.
BACA JUGA: Rahasia Shalat Dhuha
Ujang hanya mlongo, khusyu mendengarkan paparan Cecep.
“Bener juga kamu Cep.”[]
SUMBER: NU ONLINE