KETIKA seseorang telah menetapkan hatinya hanya kepada Allah, menghilangkan segala sesuatu kecuali atas ridha Allah, harapan satu-satunya hanyalah Allah, apa yang dilakukan hanya untuk Allah, maka hatinya telah ikhlas. Keikhlasannya itu akan membawa pada keetenangan menuju Allah, kapan saja dan di mana saja.
Shalat, adalah ibadah yang paling diperhitungkan dalam Islam. Allah tidak akan melihat ibadah lainnya, sebelum shalatnya. Ketika shalatnya baik, maka ibadah lainnya akan ikut baik, dan bertambah bobot pahalanya.
BACA JUGA:
Tentang Shalat, Ingatlah Nasihat Rasulullah Ini
Dalam Kitab Injil, Zakir Naik: Nabi Adam AS Hingga Nabi Isa AS Shalat
Shalat sendiri adalah ibadah jasmani dan rohani sekaligus. Gerakan dan bacaannya merupakan tugas rohani, dan merasakannya merupakan tugas rohani. Anggota tubuh melaksanakan gerakan ilahiyyah, dan hati menetapkan perasaan kepada Allah. Dengan demikian, jasmaninya ‘membumi’ dan rohaninya ‘melangit’, menuju Allah.
Perpaduan antara jasmani dan rohani dalam suatu tujuan di atas (dalam shalat), menuntut manusia kembali pada firahnya. Melupakan segala yang ia miliki di muka bumi demi mencapai ridha Allah. Ketika seseorang mampu memaksimalkan keduanya, maka itulah yang disebut ikhlas (sebagaimana telah dijelaskan di muka bumi).
Shalat yang baik membutuhkan keikhlasan dari pelakunya. Ikhlas menghadap Allah. Tidak ada gunanya shalat tanpa keikhlasan, bahkan menjadi beban. Oleh karenanya, keikhlasan merupakan sesuatu yang harus dimiliki oleh seseorang yang shalat. Sebab, orang yang ikhlas dalam shalat, niscaya akan mendapatkan kekhusyukan. []
Sumber: Terapi Hati/Amin Syukur dan Fathimah Usman/Erlangga