SHALAT tahajud merupakan shalat sunah yang dikerjakan pada sepertiga malam. Shalat ini dapat dikerjakan sedikitnya dua rakaat dan sebanyak-banyaknya tidak terbatas.
Shalat tahajud memiliki banyak keutamaan. Selain ayat-ayat al-Qur’an, hadis juga menjelaskan keutamaan salat tahajud.
“Perintah Allah turun ke langit dunia di waktu tinggal sepertiga akhir dari waktu malam, lalu berseru: Adakah orang-orang yang memohon (berdoa), pasti akan Kukabulkan, adakah orang-orang yang meminta, pasti akan Kuberi dan adakah yang mengharap/memohon ampunan, pasti akan Kuampuni baginya. Sampai tiba waktu Subuh.” (HR Bukhari dan Muslim)
Dalam beragam riwayat hadis, salat ini juga disebut sebagai Qiyamul Lail (berdiri [di waktu] malam), Ṣalatul Lail (salat malam), dan Tahajjud.
BACA JUGA: Beginilah Shalat Malam Rasulullah
Pada mula-mula, salat ini diwajibkan oleh Allah, pada firmannya di Surah Al-Muzzammil ayat 2:
قُمِ اللَّيْلَ إِلَّا قَلِيلًا
“Bangunlah pada malam hari (untuk salat) kecuali sedikit (daripadanya)”
Namun, setelah turunnya ayat 20 dalam surah ini, Allah meringankannya sebagai sunah.
“Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (sembahyang) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersama kamu. Dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas waktu-waktu itu, maka Dia memberi keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran. Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS Al Muzzamil: 20)
Allah SWT juga berfirman:
وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَكَ عَسَىٰ أَنْ يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَحْمُودًا
“Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.” (QS Al-Isra’: 79)
Perintah ini secara khusus ditujukan kepada Muhammad, tetapi juga mengacu kepada semua Muslim, karena Muhammad adalah teladan yang sempurna dan panduan bagi mereka dalam segala hal.
Pada masa Rasulullah SAW, para sahabat pun melakukan shalat tahajud. Generasi sahabat ini merupakan generasi muslim terbaik sepanjang masa. Maka, amalan ibadah mereka pun patut dijadikan teladan bagi generasi setelahnya.
Rasulullah SAW bersabda:
“Sebabik-baik manusia adalah generasiku (para sahabat), kemudian generasi sesudah mereka, dan mereka lagi.” (HR Bukhari dan Muslim)
Para sahabat di masa nabi memiliki keteguhan dalam beribadah dan beramal. Lantas bagaimana dengan shalat tahajud mereka?
Diungkap dalam buku Dahsyatnya TAHAJUD, SUBUH, & DHUHA: Keberkahan Bangun Pagi karya Adnan Tarsyah, berikut keteladanan 4 sahabat Nabi dalam menjalankan shalat tahajud:
1 Shalat Tahajudnya Abu Bakar ash shiddiq
Diriwayatkan dari Qatadah, ia berkata:
“Pada suatu malam, nabi SAW keluar rumah (menuju masjid), dan ternyata Beliau mendapati Abu Bakar sedang mengerjakan shalat dengan merendahkan suaranya. Selanjutnya Beliau melewati Umar yang juga sedang mengerjakan shalat namun dengan suara keras.
Ketika keduanya berkumpul di sisi nabi, Beliau bertanya, ‘Wahai Abu Bakar, aku tadi melewati dirimu, sedang engkau mengerjakan shalat dengan melirihkan suaramu (mengapa begitu?)’
Abu Bakar menjawab, ‘Ya Rasulullah, sungguh aku telah cukupmemperdengarkan munajatku kepada Allah.”
BACA JUGA: Amalan yang Sebanding Shalat Malam
2 Shalat Tahajudnya Robi’ bin Khoitsam
Robi’ bin Khoitsam adalah sahabat yang selalu khusyu. Dia selalu menundukkan pandangan sampai-sampai sebagian orang mengira dirinya buta.
Ketika budak milik Ibnu Mas’ud melihat Rabi’ bin Khoitsam, ia berkata, “Temanmu yang buta itu datang.”
Ibnu Mas;ud pun tertawa mendengarnya (Shifatush shofwah III/37).
Setiap kali melihat Rabi’ bin Khoitsam, Ibnu mas’ud kerap berkata dengan mengutip ayat Alquran berikut:
“’Berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang patuh kepada Allah.’ Demi Allah seandainya Nabi Muhammad SAW melihatmu, tentu beliau akan mencintaimu.” (Hilyatun Auliya, II/106)
3 Shalat Tahajudnya Abu Sulaiman Ad Doroni
Jika malam tiba, Abu Sulaiman mengerjakan shalat di mihrabnya. Jika ia tak kuasa menahan kantuk,maka ia segera berkata, “Wahai jiwa, ingatlah kematian dan segala yang terjadi sesudahnya!”
Akhirnya, ia pun terus mengerjakan shalat malam hingga fajar (Mukhtashor Rounaqil Majalis, hal 67).
4 Shalat Tahajudnya Abdul Wahid bin Zaid
Mughirah bin Habib berkata, “Aku pernah mengawasi Abdul Wahid bin Zaid selam sebulan. Aku lihat beliau tidak tidur malam sedikitpun. Setiap satu saat berlalu dari waktu malam, ia berkata kepada penduduk kampong, ‘Wahai penduduk, bangunlah! Dunia ini bukan lah tempat untuk tidur, karena sebentar lagi kalian akan dimakan oleh cacing.” (Tanbihul Mughtarrin, hal 97). []