SHALAT merupakan kewajiban bagi umat Muslim. Orang yang menjalankannya akan meraih pahala dari Allah SWT. Sedangkan orang yang tidak melaksanakannya tentu akan mendapat ancaman dari Allah SWT. Oleh sebab itulah, kita harus melaksanakan shalat lima waktu.
Dalam shalat kita mengenal niat. Ada yang mengatakan niat dilakukan di awal, ketika akan memulai shalat. Ada pula yang mengatakan ketika takbir, yang diselipkan di dalam hatinya. Dan ada yang mengatakan di awal juga di dalam hatinya. Tapi, bagaimana dengan orang yang shalat tanpa niat?
Sahabat –Al Faruq- Umar bin Khaththab RA berkata, “Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘Sesungguhnya amal itu tergantung niatnya. Dan setiap orang akan mendapatkan yang ia niatkan. Barangsiapa yang berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, maka ia telah berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa yang hijrahnya itu karena kesenangan dunia atau karena seorang wanita yang akan dinikahinya, maka hijrahnya itu kepada apa yang ditujunya’,” (HR. Bukhari & Muslim). Inilah hadits yang menunjukkan bahwa amal seseorang akan dibalas atau diterima tergantung dari niatnya.
Niat adalah amalan hati dan hanya Allah Ta’ala yang mengetahuinya. Niat itu tempatnya di dalam hati dan bukanlah di lisan, hal ini berdasarkan ijma’ (kesepakatan) para ulama sebagaimana yang dinukil oleh Ahmad bin Abdul Harim Abul Abbas Al Haroni dalam Majmu’ Fatawanya.
Setiap orang yang melakukan suatu amalan pasti telah memiliki niat terlebih dahulu. Karena tidak mungkin orang yang berakal yang punya ikhtiar (pilihan) melakukan suatu amalan tanpa niat. Seandainya seseorang disodorkan air kemudian dia membasuh kedua tangan, berkumur-kumur hingga membasuh kaki, maka tidak masuk akal jika dia melakukan pekerjaan tersebut -yaitu berwudhu- tanpa niat. Sehingga sebagian ulama mengatakan, “Seandainya Allah membebani kita suatu amalan tanpa niat, niscaya ini adalah pembebanan yang sulit dilakukan.”
Apabila setan membisikkan kepada seseorang yang selalu merasa was-was dalam shalatnya sehingga dia mengulangi shalatnya beberapa kali. Setan mengatakan kepadanya, “Hai manusia, kamu belum berniat.” Maka ingatlah, “Tidak mungkin seseorang mengerjakan suatu amalan tanpa niat. Tenangkanlah hatimu dan tinggalkanlah was-was seperti itu,” (Lihat Syarhul Mumthi, I/128 dan Al Fawa’id Dzahabiyyah, hal.12). []
Jadi, niat itu adalah sesuatu yang tidak bisa terlepas dari diri kita ketika akan melakukan sesuatu, termasuk shalat. Ketika kita lupa melafalkannya pun, dalam hati kita sudah ada niat untuk melaksanakan shalat. Tapi, alangkah lebih baiknya ketika kita akan shalat berniatlah dengan lisan, terutama dalam hati ketika takbiratul ihram pertama. []
Sumber: rumaysho.com