TANYA: Setelah shalat, saya baru sadar bahwa ketika arah kiblat waktu shalat tadi itu salah, apakah shalatnya bisa disebut sah?
Jawab:
Dikutip dari About Islam, berbicara tentang arah kiblat memang terkait erat dengan shalat, sebab salah satu syarat syahnya shalat adalah menghadap kiblat. Jadi, meastikan arah kiblat begitu penting untuk dilakukan. Namun, mirip dengan kontroversi tentang penampakan hilal menjelang bulan suci Ramadhan, “Penemuan kiblat” juga menjadi salah satu topik yang terkadang menimbulkan perbedaan.
Sementara beberapa orang percaya bahwa bagian tengah wajah harus sejajar sempurna dengan pusat Kabah agar shalat menjadi sah, yang lain percaya bahwa posisi ini terlalu kaku dan tidak perlu dilakukan.
Nabi Muhammad SAW pernah bersabda, “Apapun yang antara timur dan barat adalah Kiblat.” (HR al-Tirmdzi, 342; Ibn Majah, 1011)
Meski singkat, makna mendalam yang diturunkan dari hadis ini menjadi dasar dari banyak putusan (Fatwa) Islam tentang Kiblat.
BACA JUGA: Ketika Shalat Tak Menghadap Kiblat (1)
Akibatnya, mayoritas ulama, termasuk dua dari empat Imam besar, Ahmad bin Hanbal dan Abu Hanifah, berpendapat bahwa orang yang dekat dengan Kabah harus menghadapinya secara langsung, sedangkan orang yang dekat jauh dari itu harus mencari arah umum Kabah, tanpa harus menghadapinya dengan tepat (Salih Al-Munajid, “Conditions for Prayers-Question No. 91405” Islam Q & A: 2009).
Oleh karena itu, sedikit penyimpangan dalam kiblat umumnya dianggap sebagai sesuatu yang diperbolehkan selama jamaah telah melakukan yang terbaik dalam berusaha untuk melakukannya dengan benar, dan kesempurnaan pasti terletak pada Allah saja.
Mungkin tidak banyak yang perlu dikhawatirkan jika penyimpangan dari kiblat sedikit, tetapi apa yang terjadi jika penyimpangannya besar atau sama sekali salah saat shalat?
Menurut putusan yang dikeluarkan oleh badan pengambil keputusan agama tertinggi di Kerajaan Arab Saudi, “Jika seorang jamaah melakukan yang terbaik untuk mengidentifikasi arah kiblat dan shalat, maka dia menemukan bahwa dia salah, shalatnya masih sah.” (Fataawa Al-Lajnah Al-Daa’imah-6/314)
Apakah penyimpangan kecil atau besar, masalah kuncinya tampaknya adalah upaya aktual dan tingkat ketulusan yang ditunjukkan dalam mencoba mencari tahu arah Kiblat yang benar. Oleh karena itu, pertengkaran yang terkadang muncul ketika mencoba untuk menetapkan posisi Kiblat yang tepat di lokasi tertentu mungkin tidak beralasan.
Sebagai Muslim, kita memiliki keyakinan teguh bahwa apapun yang Allah perintahkan untuk kita lakukan pada akhirnya untuk keuntungan kita, dan ini termasuk menghadap Kabah dalam Shalat.
Dengan cara yang sama kita berjuang siang dan malam, menghabiskan banyak uang untuk memperoleh pendidikan berkualitas, mobil mewah, dan rumah, kita perlu menyalurkan jumlah sumber daya, energi, semangat, dan semangat yang sama terhadap agama kita.
Dengan melakukan itu, kita cenderung selalu mendapatkan arah Kiblat yang benar terlepas dari belahan dunia mana kita berada; dan jika tidak, Allah senantiasa Maha Penyayang dan Maha Pemaaf. []
SUMBER: ABOUT ISLAM