SHALAT Tarawih merupakan shalat yang dikerjakan pada malam hari selama bulan Ramadhan, yakni selepas shalat Isya. Jumlah rakaatnya ada yang 8 rakaat ada pula yang 20 rakaat, disertai shalat witir tiga rakaat. Pelaksanaannya pun ada yang dikerjakan dengan 2 rakaat-2 rakaat, adapula yang dikerjakan 4 rakaat-4 rakaat.
Mana yang lebih afdhal untuk dikerjakan?
Tuntunan shalat tarawih, tentunya didasarkan pada syariat yang diajarkan Nabi Muhammad SAW dalam sunnahnya. Dikutip dari penjelasan Ustaz Muhammad Abduh Tuasikal di laman Rumaysho, baik tarawih 2 rakaat salam maupun 4 rakaat salam, keduannya didasarkan pada dalil hadis dari Rasulullah SAW. Adapun perbedaanya datang dari perbedaan penafsiran.
BACA JUGA: Tarawih di Rumah karena Pandemi Covid-19, Ini Panduannya
Hadist yang membicarakan shalat tarawih 4 rakaat salam adalah yang diriwayatkan dari Aisyah. Ia berkata:
يُصَلِّى أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ فَلاَ تَسْأَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ ، ثُمَّ يُصَلِّى أَرْبَعًا فَلاَ تَسْأَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melaksanakan shalat 4 raka’at, maka janganlah tanyakan mengenai bagus dan panjang raka’atnya. Kemudian beliau melaksanakan shalat 4 raka’at lagi, maka janganlah tanyakan mengenai bagus dan panjang raka’atnya.” (HR. Bukhari no. 3569 dan Muslim no. 738)
Sedangkan, hadis yang membicarakan tentang tarawih 2rakaat salam didasarkan pada sabdaRasulullah SAW:
صَلاَةُ اللَّيْلِ مَثْنَى مَثْنَى
“Shalat malam adalah dua raka’at dua raka’at.” (HR. Bukhari no. 990 dan Muslim no. 749)
Para ahli fiqih lebih condong pada berpendapat bahwa shalat tarawih dilakukan dengan salam setiap dua raka’at (2 rakaat salam), karena tarawih termasuk shalat malam. Sedangkan shalat malam dilakukan dengan dua raka’at salam dan dua raka’at salam.
Adapun terkait hadist yang diriwayatkan Aisyah tentang shalat tarawih 4 rakaat salam, Ibnu Baththol menerangkannya. Dia berkata, “Adapun maksud perkataan ‘Aisyah bahwa Nabi SAW shalat empat raka’at dan janganlah ditanyakan bagus lagi panjangnya, kemudian beliau mengerjakan shalat empat raka’at lagi, lalu beliau kerjakan tiga raka’at; maka hal ini sudah dijelaskan ketika kami membahas masalah witir, yaitu dalam hadits lain Nabi SAW mengatakan, “Shalat malam itu dua raka’at salam dua raka’at salam”. Hadits kedua ini menafsirkan dan menjadi penegas bagi hadits yang masih bersifat mujmal (global). Dan telah ada keterangan lain dalam jalur hadits lainnya, diriwayatkan dari Abu Dzi’b, dari Ibnu Syihab, dari ‘Aisyah, beliau berkata,
كان رسول الله – صلى الله عليه وسلم – يصلى بالليل إحدى عشرة ركعة بالوتر، يسلم بين كل ركعتين.
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melaksanakan shalat malam sebanyak 11 raka’at dan sudah termasuk witir dan beliau salam setiap dua raka’at.”
Sebagian ulama ada yang mengatakan, maksud ‘Aisyah bahwa Nabi SAW shalat empat raka’at salam, empat raka’at salam, yaitu beliau biasa tidur sebentar ketika menyelesaikan empat raka’at, lalu beliau melaksanakan shalat lagi setelah tidur sesaat. Setelah itu beliau tidur lagi barang sesaat, kemudian beliau berdiri lagi dan melanjutkan dengan witir tiga raka’at. Yang beralasan seperti ini berdalil dengan hadits Al Laits, dari Ibnu Abi Mulaikah, dari Ya’la, dari Ummu Salamah, bahwa beliau mensifati shalat malam dan bacaan Rasulullah SAW ketika itu,
كان يصلى ثم ينام قدر ما صلى، ثم يصلى قدر ما نام، ثم ينام قدر ما صلى، ثم يقوم فيوتر.
“Beliau shalat kemudian beliau tidur selama waktu ia shalat tadi. Kemudian beliau shalat lagi selama waktu ia tidur tadi. Lalu beliau tidur kembali selama waktu beliau shalat. Lalu beliau berdiri untuk melaksanakan witir.” (Syarh Al Bukhari, Ibnu Baththol, Asy Syamilah, 5/155)
Melengkapi pernyataan Ibnu Baththol di atas, yang dimaksudkan oleh ‘Aisyah dijelaskan pula dalam riwayat Muslim bahwa ‘Aisyah berkata:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يُصَلِّى فِيمَا بَيْنَ أَنْ يَفْرُغَ مِنْ صَلاَةِ الْعِشَاءِ – وَهِىَ الَّتِى يَدْعُو النَّاسُ الْعَتَمَةَ – إِلَى الْفَجْرِ إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً يُسَلِّمُ بَيْنَ كُلِّ رَكْعَتَيْنِ وَيُوتِرُ بِوَاحِدَةٍ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengerjakan shalat antara shalat ‘Isya’ (biasa disebut ‘atamah) dan shalat Shubuh sebanyak 11 raka’at. Beliau salam setiap dua raka’at dan berwitir dengan satu raka’at.” (HR. Muslim no. 736, dari ‘Aisyah)
Penjelasan di atas dengan sangat jelas menerangkan bahwa shalat malam yang dilakukan oleh Nabi SAW adalah setiap dua raka’at salam.
BACA JUGA: Tak Perlu Tahajud karena Diganti Tarawih saat Ramadhan, Benarkah?
Lantas bagaimana dengan shalat tarawih selain dengan dua rakaat salam?
Masih adaperbedaan pendapat di kalangan para ulama terkait hal ini.
Ulama Hanafiyah berpendapat bahwa jika seseorang shalat tarawih langsung seluruhnya dengan sekali salam, maka shalatnya sah. Namun menurut Muhammad –salah seorang ulama besar Hanafiyah-, shalatnya tidak sah. Sedangkan menurut Imam Abu Hanifah dan Abu Yusuf, shalatnya tetap sah.
Ulama Malikiyah berpendapat bahwa disunnahkan bagi siapa saja yang menjalankan shalat tarawih untuk salam setiap kali dua raka’at. Dan dimakruhkan mengakhirkan salam setelah empat raka’at. Dimakruhkan pula jika seseorang mengerjakan shalat empat raka’at sekaligus dengan sekali salam. Yang paling afdhol adalah salam setiap kali dua raka’at.
Ulama Syafi’iyah berpendapat bahwa seandainya seseorang melaksanakan shalat tarawih empat raka’at dengan sekali salam, shalatnya tidak sah. Shalatnya batal jika sengaja melakukannya dan mengetahui hal ini. Jika tidak batal, minimal yang ia kerjakan hanyalah shalat sunnah mutlak. Bisa seperti ini karena shalat tarawih mirip dengan shalat fardhu karena sama-sama dilaksanakan secara berjama’ah. Maka seharusnya tidak diubah sesuai yang diajarkan. (Kifayatul Akhyar fii Halli Ghoyatil Ikhtishor, Taqiyuddin Abu Bakr Muhammad Al Husaini Al Hushni Ad Dimasyqi Asy Syafi’i, Darul Kutub Al ‘Ilmiyyah, 1422 H, hal. 138)
Adapun ulama Hanabilah tidak memiliki pendapat dalam masalah ini. (Al Mawsu’ah Al Fiqhiyah, 2/9640, index “Shalat Tarawih”, point 13)
Maka, berdasarkan dalil-dalil dan penjelasan ulama di atas, pendapat yang paling kuat tentang shalat malam adalah dua raka’at salam dan dua raka’at salam. Inilah yang lebih afdhol.
Ulama besar Syafi’iyah, An Nawawi ketika menjelaskan hadits “shalat sunnah malam dan siang itu dua raka’at, dua raka’at”, beliau mengatakan, “Yang dimaksud hadits ini bahwa yang lebih afdhol adalah mengerjakan shalat dengan setiap dua raka’at salam baik dalam shalat sunnah di malam atau siang hari. Di sini disunnahkan untuk salam setiap dua raka’at. Namun jika menggabungkan seluruh raka’at yang ada dengan sekali salam atau mengerjakan shalat sunnah dengan satu raka’at saja, maka itu dibolehkan menurut kami.” (Al Minhaj Syarh Shahih Muslim bin Al Hajjaj, Yahya bin Syarf An Nawawi, Dar Ihya’ At Turots, 1392, 6/30)
Oleh karena itu, jika kita mengerjakan shalat tarawih (plus witir) 11 raka’at, maka lebih afdhol dikerjakan dengan pola 2-2-2-2-3. Untuk witir bisa dilakukan dengan 2 raka’at salam plus 1 raka’at salam, atau 3 raka’at sekaligus salam. []
SUMBER: RUMAYSHO