Oleh: Dewi Inas Azhar Taqiyah
dhewiinas@gmail.com
AL-QURAN merupakan petunjuk bagi seluruh umat manusia. Al Qur’an juga menjadi penjelasan (bayyinat). Dari petunjuk tersebut sehingga kemudian mampu menjadi pembeda (furqaan) antara yang baik dan yang buruk.
Di sinilah manusia mendapatkan petunjuk dari Al Qur’an. Manusia akan mengerjakan yang baik danakan meninggalkan yang buruk atas dasar pertimbangannya terhadap Al Qur’an tersebut. Maka untuk mengetahui dan memahami betapa dalam isi kandungan AlQur’an diperlukan tafsir.
Penafsiran terhadap al quran mempunyai peranan yang sangat besar danpenting bagi kemajuan dan perkembangan umat islam. Oleh karena itu, sangat besar perhatian para ulama untuk menggali dan memahami makna yang terkandung dalam kitab suci ini. Sehingga lahirlah bermacam-macam tarfsirdengan corak dan metode penafsiran yang beraneka ragam pula, dan dalam penafsiran itu nampak dengan jelas sebagai suatu cermin perkembangan penafsiran al quran serta corak pemikiran para penafsirnya sendiri.
BACA JUGA: Ucapkanlah Shalawat pada Nabi yang di Akhir Hayatnya Rindu Ingin Berjumpa denganmu
Surah al-Ahzāb ayat 56 merupakan salah satu ayat yang penuh makna dan hikmah dalam Al-Qur’an. Ayat ini menjelaskan tentang shalawat Allah dan para malaikatNya kepada Nabi Muhammad saw, serta perintah untuk bershalawat kepada Rasulullah bagi orang-orang yang beriman.
اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰۤىِٕكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّۗ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.” Q.S. Al-Ahzāb: 56.
Adapun asbabun nuzul dari peristiwa yang melatar belakangi akan turunnya Q.s. al-Aḥzāb ayat 56 tersebut berkenaan dengan perkataan sahabat Nabi, Ka’ab bin Ajrah pada suatu kesempatan bertanya kepada Nabi, “Wahai Rasulullah, ajarkanlah kepada kami bacaan ṣhalawat kepadamu”, Kemudian Rasulullah menjawabnya dengan mengajarkan bacaan ṣhalawat sebagaimana ṣalawat yang lazim dibaca saat posisi tasyahud akhir ketika salat.” (HR.Ibnu Abi Hatim).¹
Makna QS. al-Ahzāb ayat 56 dalam tafsir klasik seperti dalam Tafsir Ibnu Katsir, Yang dimaksud ayat ini adalah, bahwa Allah swt mengabarkan kepada hamba-hambaNya tentang kedudukan seorang hamba dan Nabi-Nya di sisi-Nya dialam tinggi. Yaitu, Allah memujinya di sisi para Malaikat muqqarabin, dan para Malaikat pun bershalawat kepadanya. Kemudian Allah Ta’ala memerintahkan penduduk alam bawah (bumi) untuk mengucapkan shalawat dan salam kepadanya, agar menyatu antara pujian penghuni alam atas dan alam bawah seluruhnya.²
Dalam tafsir modern seperti dalam Tafsir al-Misbah, ayat ini berisikan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan Allah terhadap kaum muslimin berkaitan dengan Nabi Muhammad saw, dan istri-istri beliau, karena agungnya pribadi Nabi Muhammad saw dan Ayat ini menunjukan bahwa seorang bukan saja dituntut untuk tidak merendahkan Nabi Muhammad saw, tetapi lebih dari itu, dia dituntut untuk mengagungkan beliau dan mengakui jasa-jasanya.³
Dalam Tafsir al-Azhar, Ayat ini memperkuat rasa hormat yang wajib kita lakukan kepada Nabi saw bukan hanya di kala hidupnya, bahkan sampai setelah beliau wafat pun. Denan ayat iniAllah memberi bukti bahwa Allah sendiripun mengucapkan shalawat kepada Nabi. Maka orang-orang yang beriman hendaklah mengucapkan shalawat pula kepada beliau.⁴ dan Tafsir al-Maraghi Dalam ayat tersebut, Allah swt.
Memberikan kepada hamba-hamba-Nya tentang kedudukan hamba dan Nabi-Nya dikalangan masyarakat atas, bahwa Allah memujinya dihadapan para malaikat yang di dekatkan, dan para malaikat bershalawat kepada Nabi dengan memohonkan ampunan untuknya dari Allah.⁵
Dengan demikian, Makna shalawat yang disampaikan oleh Allah, para malaikat, dan orang-orang mukmin berbeda-beda. Shalawat Allah kepada Nabi Muhammad saw tidak dapat diartikan sebagai doa, karena Allah Maha Kuasa dan tidak membutuhkan doa dari makhluk-Nya. Shalawat Allah kepada Nabi Muhammad bermakna pemberian rahmat dan keridhaan-Nya kepada Nabi Muhammad.
Sedangkan shalawat para malaikat dan orang-orang mukmin kepada Nabi Muhammad bermakna doa dan permohonan kebaikan bagi beliau. Dengan bershalawat, para malaikat dan orang-orang mukmin memohon kepada Allah agar selalu mencurahkan rahmat dan pengampunan-Nya kepada Nabi Muhammad.
Berikut ini 10 keutamaan membaca shalawat Nabi dari Sayyid Bakri bin Sayyid Muhammad Syatha Ad-Dimyathi dalam akhir karyanya Kitab Kifayatul Atqiya wa Minhajul Ashfiya, dilansir dari NU Online. Sepuluh keutamaan ini disarikan dari Al-Qur’an dan hadits-hadits Rasulullah ﷺ.
1. Mendapatkan rahmat dari Allah yang maha kuasa dan maha pengampun (shalatul malikil ghaffar).
2. Mendapat syafaat dari Nabi Muhammad saw (syafa’atun nabiyyil mukhtar).
3. Mengikuti tradisi malaikat abrar (al-Iqtida bil mala’ikatil abrar)
4. Membedakan diri dari orang munafik dan orang kafir (mukhalafatul munafiqin wal kuffar).
5. Penghapusan kesalahan dan dosa (ahwul khathaya wal awzar).
6. Pemenuhan hajat dan harapan (qadha’ul hawa’ij wal awthar)
7. Penerangan lahir dan batin (tanwiruz zawahir wal asrar)
8. Keselamatan dari neraka (an-najatu minan nar)
9. Masuk ke dalam surga (dukhulu daril qarar).
10. Salam dari Allah yang maha mulia dan kuasa (alamul azizil jabbar).
Sayyid Bakri bin Sayyid Muhammad Syatha Ad-Dimyathi menganjurkan agar kita tidak menyia-nyiakan waktu tanpa membaca shalawat Nabi mengingat banyaknya keutamaan yang terkandung dalam amaliyah shalawat Nabi.
BACA JUGA: Hasan al-Bashri dan Akibat Shalawat pada Nabi
اخواني أكثروا من الصلاة على هذا النبي الكريم فإن الصلاة عليه تكفر الذنب العظيم وتهدي إلى الصراط المستقيم وتقي قائلها عذاب الجحيم ويحظي في الجنة بالنعيم المقيم
“Wahai para sahabatku, perbanyaklah membaca shalawat untuk nabi mulia ini. niscaya shalawat itu menghapus dosa besar, menunjuki ke jalan lurus, melindungi orang yang membacanya dari siksa neraka jahim.”
Melihat keutamaannya yang sangat penting sungguh beruntung kita yang selalu membaca shalawat dan merutinkannya. Semoga kita tetap istiqamah dalam keimanan dan kebaikan. []
¹Abual-Ḥasan„AlīIbnAḥmadIbnMuḥammadIbn„Alīal-Waḥidī,Asbabal-Nuzūlal-Qur‟ān,(Beirut:Dāral-Kutubal-„Ilmiyyah,1991),361
²Isma’ilbin‘Amral-QurasyibinKatsir,TafsirIbnuKatsir,520.
³M.Quraishshihab, TafsirAl-MisbahPesan,KesandanKeserasianAl-Qur’an,313.
⁴Hamka,TafsirAl-Azhar84.
⁵Ahmad mustafaal-Maraghi,Tafsiral-Maraghi,56.
Kirim tulisan Anda ke Islampos. Isi di luar tanggung jawab redaksi. Silakan kirim ke: islampos@gmail.com, dengan ketentuan tema Islami, pengetahuan umum, renungan dan gagasan atau ide, Times New Roman, 12 pt, maksimal 650 karakter.