MUNGKIN banyak yang sudah tahu dahsyatnya keutamaan shalawat. Tapi mungkin banyak yang belum memahami apa sebenarnya shalawat, keutamaan, serta tuntunan dalam bershalawat sesuai sunnah.
Mendoakan kebaikan kepada manusia biasa saja mampu menjadi wasilah kebaikan yang berlimpah, bagaimana bila yang didoakan itu adalah sosok manusia paling mulia, Nabi shallallahu alaihi wasallam. Itulah shalawat yang menjadi perintah Allah Ta’ala.
Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّ ٱللَّهَ وَمَلَٰٓئِكَتَهُۥ يُصَلُّونَ عَلَى ٱلنَّبِيِّۚ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ صَلُّواْ عَلَيۡهِ وَسَلِّمُواْ تَسۡلِيمًا
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat -Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya” (al-Ahzab/33: 56)
Imam Bukhari berkata:
Dari hadits Abu Al-Aliyah berkata: Shalawat Allah ta’ala berarti pujiannya kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam dihadapan para malaikat.
BACA JUGA: 12 Waktu Terbaik Bershalawat pada Nabi ﷺ
Shalawat para malaikat berarti mendoakan.
Sedangkan Ibnu Abbas berkata *yusholluna berarti memintakan berkah.
At-Tirmidzi berkata diriwayatkan dari Sofyan ats-Tsauri dan para ulama lainnya bahwasanya mereka berkata sholawat dari Allah berarti Rahmat sedangkan shalawat malaikat berarti memintakan ampun
Adapun Ibnu Katsir mengatakan di dalam tafsirnya: ‘Maksud dari ayat ini ialah, bahwasannya Allah ta’ala mengabarkan kepada para hamba -Nya tentang kedudukan hamba sekaligus Nabi -Nya di sisi -Nya dihadapan penduduk langit, di mana Allah memujinya di hadapan para malaikat terdekat -Nya. Dan bahwasannya para malaikat juga ikut mendo’akan keberkahan kepadanya, kemudian Allah ta’ala memerintahkan untuk para penduduk bumi yang berada dibawah supaya bershalawat dan menghaturkan salam penghormatan kepadanya, agar terkumpul pada Nabi pujian dari penduduk langit yang berada di atas dan penduduk bumi yang ada di bawah seluruhnya’.
Hukum Shalawat Untuk Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
Imam Syafi’i, imam Ahmad bin Hambal dan beberapa ulama menghukumi wajib.
Al-Qodhi Abu Bakar bin Bakir berkata: “Allah subhaanhu wa ta’aala telah mewajibkan makhluk-Nya untuk bershalawat dan salam untuk nabi-Nya, dan tidak menjadikan itu dalam waktu tertentu saja. Jadi yang wajib adalah hendaklah seseorang memperbanyak shalawat dan salam untuk beliau dan tidak melalaikannya.”
Berapa jumlah shalawat yang diperintahkan?
Imam at-Tirmidzi meriwayatkan dari Ubay bin Ka’ab, dari ayahnya Radhiyallahu anhuma, beliau berkata:
“Aku bertanya: ‘Wahai Rasulullah, aku hendak memperbanyak shalawat kepadamu, berapa banyakkah aku harus bershalawat kepadamu?’
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: ‘Berapa saja sekehendakmu.’
Aku katakan: ‘Seperempat?’ Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: ‘Terserah engkau, dan jika engkau menambahnya, maka itu adalah suatu kebaikan bagimu.’
Aku katakan: ‘Setengah?’ Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: ‘Terserah engkau, dan jika engkau menambahnya, maka itu adalah sebuah kebaikan bagimu.’
Aku katakan: ‘Dua pertiga?’ Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: ‘Terserah engkau, dan jika engkau menambahnya, maka itu adalah sebuah kebaikan bagimu.’
Aku kata-kan: ‘Aku akan menjadikan seluruhnya.’ Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Jika demikian, maka semua keinginanmu terpenuhi, dan dosamu akan diampuni.’” (HR Attirmidzi)
Waktu-waktu yang Disunnahkan dan Dianjurkan Membaca Shalawat dan Salam Untuk Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
1. Sebelum berdoa:
Fadhalah bin ‘Abid berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mendengar seorang laki-laki berdoa dalam sholatnya, tetapi tidak bershalawat untuk nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka beliau bersabda: “Orang ini tergesa-gesa” Lalu beliau memanggil orang tersebut dan bersabda kepadanya dan kepada yang lainnya:
((إذَا صَلَّى أحَدُكُمْ فَلْيَبْدَأْ بِتَحْمِيدِ اللهِ وَالثَّنَاءِ عَلَيهِ ، ثُمَّ يُصَلِّي عَلَى النَّبِيِّ ، ثُمَّ لِيَدْعُ بَعْدُ بِمَا شَاءَ))
“Bila salah seorang di antara kalian shalat (berdoa) maka hendaklah ia memulainya dengan pujian dan sanjungan kepada Allah lalu bershalawat untuk nabi, kemudian berdoa setelah itu dengan apa saja yang ia inginkan.” [H.R. Abu Daud, Tirmidzi, Ahmad dan Hakim]
Ibnu ‘Atha berkata: “Doa itu memiliki rukun-rukun, sayap-sayap, sebab-sebab dan waktu-waktu. Bila bertepatan dengan rukun-rukunnya maka doa itu menjadi kuat, bila sesuai dengan sayap-sayapnya maka ia akan terbang ke langit, bila sesuai dengan waktu-waktunya maka ia akan beruntung dan bila bertepatan dengan sebab-sebabnya maka ia akan berhasil.”
Adapun rukun-rukunnya adalah menghadirkan hati, perasaan tunduk, ketenangan, kekhusyu’an, dan ketergantungan hati kepada Allah, sayap-sayapnya adalah jujur, waktu-waktunya adalah di saat sahur dan sebab-sebabnya adalah shalawat untuk nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
2. Ketika menyebut, mendengar dan menulis nama beliau:
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
((رَغَمَ أَنْفُ رَجُلٍ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ))
“Celakalah seseorang yang namaku disebutkan di sisinya lalu ia tidak bershalawat untukku.” [H.R. Tirmidzi dan Hakim]
3. Memperbanyak shalawat untuknya pada hari Jum’at:
Dari ‘Aus bin ‘Aus berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
((إنَّ أفْضَلَ أيَّامِكُمْ يَوُمُ الجُمْعَةِ فَأَكْثِرُوا عَلَيَّ مِنَ الصَّلاَةِ فِيهِ فَإِنَّ صَلاَتَكُمْ مَعْرُوضَةٌ عَلَيَّ …))
“Sesungguhnya di antara hari-hari yang paling afdhal adalah hari Jum’at, maka perbanyaklah shalawat untukku pada hari itu, karena sholawat kalian akan sampai kepadaku……” (H.R. Abu Daud, Ahmad dan Hakim)
4. Shalawat untuk Nabi ketika menulis surat dan apa yang ditulis setelah Basmalah:
Al-Qodhi ‘Iyadh berkata: “Inilah saat-saat yang tepat untuk bershalawat yang telah banyak dilakukan oleh umat ini tanpa ada yang menentang dan mengingkarinya. Dan tidak pula pada periode-periode awal. Lalu terjadi penambahan pada masa pemerintahan Bani Hasyim -Daulah ‘Abbasiah- lalu diamalkan oleh umat manusia di seluruh dunia.”
BACA JUGA: Hasan al-Bashri dan Akibat Shalawat pada Nabi
Dan di antara mereka ada pula yang mengakhiri bukunya dengan shalawat.
5. Ketika masuk dan keluar mesjid:
Dari Fatimah -Radhiyallahu ‘Anha- berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Bila anda masuk mesjid, maka ucapkanlah:
((بِسْمِ اللهِ وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُولِ اللهِ اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ وَاغْفِرْ لَنَا وَسَهِّلْ لَنَا أبْوَابَ رَحْمَتِكَ))
”Dengan nama Allah, salam untuk Rasulullah, ya Allah shalawatlah untuk Muhammad dan keluarga Muhammad, ampunilah kami dan mudahkanlah bagi kami pintu-pintu rahmat-Mu.”
“Dan bila keluar dari mesjid maka ucapkanlah itu, tapi (pada penggalan akhir) diganti dengan:
((وَسَهِّلْ لَنَا أبْوَابَ فَضْلِكَ))
“Dan permudahlah bagi kami pintu-pintu karunia-Mu.” [H.R. Ibnu Majah dan Tirmidzi] []
BERSAMBUNG