ILMU itu luas bagai lautan tak bertepi. Karena itulah Allah perintahkan kita selalu berdoa kepada Allah memohon tambahan ilmu sebagaimana FirmanNya dalam Kitab Suci Al-Qur’an surat 20 Thaha ayat 114;
وَقُل رَّبِّ زِدْنِي عِلْمًا
“Dan katakanlah: “Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu”.
Diantara nasehat Fadhilatusy Syaikh Bakr bin Abdillah Abu Zaid rahimahullah dalam kitabnya “Hilyah Thalibil Ilmi”
BACA JUGA: Nasihat Guru
“Waspadalah menjadi “Abu Syibrin” atau “Bapak Sejengkal”!, Karena sungguh telah dikatakan bahwa;
Ilmu itu tiga jengkal.
Barangsiapa masuk jengkal pertama ia akan sombong.
Barangsiapa masuk jengkal kedua ia akan tawadhu (rendah hati).
Barangsiapa masuk jengkal ketiga ia menyadari bahwa ia tidak mempunyai ilmu”.
Jadi, orang berilmu yang ilmunya dalam lagi luas itu jauh dari kesombongan, tidak bangga diri apalagi merasa paling mengerti dan paham, akan tetapi semakin tawadhu dan menyadari bahwa ilmu itu luas ibarat lautan tak bertepi sehingga ia mengakui bahwa ilmunya masih sangat kurang dan terus belajar, belajar dan belajar.
Belajar kepada banyak guru itu baik dan banyak membaca juga bagus untuk memperdalam dan memperluas wawasan, akan tetapi kita harus mempunyai guru atau ulama panutan kita.
Kebanyakan manusia berada dalam kebingungan disebabkan tidak mempunyai guru atau ulama panutan.
Guru atau ulama panutan sangatlah penting dan prinsip dalam kehidupan ini agar kita mempunyai pegangan yang kokoh sehingga tidak mudah bingung atau bimbang dalam menghadapi berbagai permasalahan.
Guru atau ulama yang sempurna tidak akan pernah ada dan kita tidak akan pernah menemukannya.
Cukup dua syarat untuk menjadikan seseorang sebagai guru atau ulama panutan, yaitu;
1. Kita yakin kapasitas keilmuan guru atau ulama tersebut dan ilmunya bisa dipertanggungjawabkan, yaitu tetap berpedoman kepada wahyu Allah yang suci dengan pemahaman Ahlus Sunnah Wal Jama’ah.
2. Kita yakin guru atau ulama tersebut membawa kita menuju keselamatan dunia akhirat.
Jika kita sudah menemukan guru atau ulama seperti itu, peganglah erat-erat dan jangan pernah jauh darinya sampai kematian datang menjemput.
BACA JUGA: Menghormati dan Memuliakan Guru
Diantara ulama yang layak menjadi panutan kita adalah:
1. Al-Imam Hujjatul Islam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Ahmad Ath-Thusi Asy-Syafi’i Al-Ghazali, yang lebih dikenal dengan sebutan Imam Ghazali (Wafat di kota Thus Khurasan yang sekarang masuk wilayah Iran, pada 505 Hijriyah atau 1111 Masehi).
2. Ahmad Taqiyyuddin Abul Abbas bin Abdul Halim bin Abdus Salam bin Abdullah Al-Harrani Ad-Dimasyqi Al-Hambali, yang lebih dikenal dengan sebutan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah (Wafat di kota Damaskus Suriah, pada 728 Hijriyah atau 1328 Masehi).
3. Al-Habib Abdullah bin Alwi bin Muhammad Al-Haddad, yang lebih dikenal dengan sebutan Shahibur Ratib (Wafat di kota Tarim Hadramaut, pada 1132 Hijriyah atau 1720 Masehi).
Insya Allah ketiga ulama tersebut telah mewakili semua komponen Ahlus Sunnah Wal Jama’ah yang jika kita mendalami ilmu ketiga ulama tersebut insya Allah wawasan kita akan menjadi dalam lagi luas dan kita masih tetap berada dalam koridor Ahlus Sunnah Wal Jama’ah yang berpedoman dengan wahyu Allah yang suci.
Sudahkan Anda mempunyai guru atau ulama panutan?
Siapakah guru atau ulama panutan Anda?
Semoga Allah bimbing kita untuk istiqamah di jalanNya dan sunnah nabiNya sampai bertemu denganNya, aamiin ya Robb. []
Akhukum Fillah
Abdullah Sholeh Hadrami
Ingin download video, audio dan tulisan serta info bermanfaat ? Silahkan bergabung di Channel Telegram:
Channel YouTube: