TAHUKAH Anda, ada seorang raja yang juga ilmuwan muslim terkemuka yang namanya diabadaikan sebagai salah satu nama kawah di bulan? Pernahkah Anda mengetahui tentang Ulugh Beg?
Nama lengkapnya adalah Muhammad Taragai Ulugh Beg. Dia adalah penguasa Dinasti Timuriyah selama periode antara 1447 dan 1449. Pada masa pemerintahannya, cucu Timur Lenk itu berhasil menjadikan ibu kota negerinya, Samarkand, sebagai pusat peradaban Islam yang maju pada masanya.
Bukan hanya seorang raja yang memerintah kerajaan, Ulugh Beg juga dikenal sebagai ilmuwan. Perhatiannya tercurah besar pada perkembangan ilmu pengetahuan dan sains. Tidak hanya sekadar memfasilitasi para cerdik cendekia, peneliti, dan sarjana yang berkiprah di Timuriyah, Ulugh Beg juga terlibat langsung dalam beberapa riset, khususnya dalam bidang astronomi dan matematika.
BACA JUGA: 6 Ilmuwan Muslim Andalusia yang Jarang Diketahui
Ulugh Beg juga tampil sebagai umara sekaligus ulama. Dia mendirikan banyak madrasah, perpustakaan, rumah sakit, dan laboratorium di wilayah kerajaannya, khususnya Samarkand.
Salah satu legasinya yang paling berkesan adalah observatorium. Di sanalah tempat para saintis mengamati benda-benda langit dengan bantuan alat-alat, semisal teleskop atau teropong besar.
Observatorium Ulugh Beg berdiri di Samarkand pada 1420. Pembangunannya bermula dari sebuah kunjungan yang dilakukan sang raja Timuriyah ke Observatorium Maragha.
Bangunan yang berlokasi di Maraghasekitar Provinsi Azerbaijan Timur, Iran, kinitersebut kala itu dipimpin seorang ilmuwan Persia, Nashiruddin Tusi. Pada waktu itu, observatorium tersebut merupakan yang paling lengkap dan terkenal di seluruh Eurasia.
Konon, sang gubernur Transoxiana mendirikan pusat penelitian astronomi itu karena terkesan akan Observatorium Maragha yang disambanginya kala masih belia. Karena itu, dalam mem bangun infrastruktur ini ia meminta bantuan sainstis utama Maragha, yakni Nashiruddin Tusi.
Pada masanya, itulah observatorium terbesar di seluruh dunia. Di sanalah para pengamat langittermasuk Ulugh Beg sendirime lakukan ragam penelitian. Mereka menyiapkan tabel-tabel astronomi matahari, bulan, dan planet-planet lain yang telah diamati dengan tingkat kecermatan tinggi.
Level akurasinya tidak berbeda jauh dengan hasil penga matan astronom modern yang memakai berbagai teleskop canggih masa kini. Sampai abad ke-18, Observatorium Ulugh Beg masih merupakan sebuah institusi yang dihormati oleh kalangan pakar.
Sesudah lawatan itu, Ulugh Beg menjadi sangat bersemangat untuk mendirikan bangunan serupa di Samarkand. Untuk itu, ia mengundang puluhan ahli astronomi dan pakar matematika dari berbagai penjuru dunia. Mereka diminta untuk merancang sebuah observatorium yang lebih hebat dari kepunyaan Negeri Maragha.
Hasilnya sangat menakjubkan. Dengan dukungan Nashiruddin Tusi, pusat penelitian fenomena langit itu tidak hanya dilengkapi berbagai perlengkapan yang paling canggih pada masanya. Di sana, terdapat pula perpustakaan dengan koleksi yang meliputi ratusan ribu buku.
BACA JUGA: 7 Nama Bintang Ini Berasal dari Bahasa Arab
Dengan meriset di sana, Ulugh Beg menghasilkan banyak karya ilmiah. Di antaranya adalah Zij-I Sultani, yakni tabel astronomi yang memuat gambaran serta deskripsi sekitar seribu bintang, serta pelbagai benda langit lainnya. Kitab itu terbit pada 1437 dalam bahasa Persia.
Hingga abad ke-18, Observa torium Ulugh Beg masih menjadi satu institusi yang dihormati oleh pakar astronomi dunia. Sayangnya, kompleks ilmu pengetahuan itu sempat dirusak pada 1449 oleh sebuah kerusuhan lokal. Barulah pada 1908, bangunan itu ditemukan kembali.
Kini, yang tersisa darinya hanya bagian fondasi dengan beberapa konstruksi yang masih tegak berdiri. Kendati demikian, kiprah observatorium tersebut telah berperan penting dalam peradaban. Tak heran, nama pendirinya lantas diabadikan menjadi salah satu nama kawah di bulan.
Ya, Ulugh Beg yang selama hidupnya adalah seorang umara sekaligus ulama, telah menjadi satu-satunya penguasa dan ilmuwan muslim yang namanya diabadikan sebagai nama salah satu kawah bulan. []
SUMBER: REPUBLIKA