APA sebenarnya yang hendak kita banggakan? Benarkah wajah yang tampan? Bukankah kita tahu, sekelas nabi Yusuf AS yang ketampanannya membuat wanita mampu mengiris tangannya sendiri pun tak pernah sombong?
Atau kah kecantikan? Bukankah kita tahu, bagaimana kecantikannya Sarah istri Nabi Ibrahim AS yang mampu membuat seorang raja zalim tergila-gila, namun Sarah tetap takut dan tunduk pada perintah Allah?
Siapakah kita di bumi ini? Betapa beraninya kita melangkah penuh kecongkakkan hanya karena harta yang Allah titipkan pada kita. Hanya karena wajah yang Allah beri kelebihan pada kita. Hanya karena hidayah yang Allah beri, lantas kita merendahkan orang lain. Mari kita muhasabah diri…
Betapa sombongnya kita. Masih bermaksiat pada Allah di kala sepi. Lantas ketika ramai kita pasang topeng penuh kerendah hatian. Padahal, betapa Allah tahu bahwa hati kita penuh sesak dengan kedengkian dan prasangka.
Betapa sombongnya kita. Menganggap orang yang tidak bersedekah adalah orang yang kikir. Padahal, bisa jadi ia sangat menyembunyikan sedekah-sedekahnya.
Betapa sombongnya kita. Menganggap orang-orang yang membuka-buka auratnya adalah si pendosa yang pasti masuk neraka. Kemudian dengan seenaknya kita menghujatnya. Bukankah, kita yang sudah menutup rapat aurat pun belum tentu masuk surga?
Sungguh betapa sombongnya kita. Menganggap remeh orang lain. Menganggap diri lebih baik dari orang lain. Mengaggap diri si ahli ibadah dan orang lain si ahli maksiat. Padahal, penentuan hidup di akhirat nanti ditentukan oleh ujung kehidupan kita. Khusnul khotimah kah? Atau su’ul khotimah kah? Wallahu’alam.[]