Oleh: Theresa Corbin
(penulis The Islamic, Adult Coloring Book dan co-author The New Muslim’s Field Guide, Amerika Serikat)
BEBERAPA waktu yang lalu, saya membaca sesuatu yang membuat saya benar-benar berpikir tentang menjadi sahabat Nabi Muhammad Saw. Seperti apa ya, jadinya?
Seberapa mudahnya (seorang sahabat) memiliki akses aktual ke Rasulullah?
Seberapa sulitkah menghadapi musuh-musuh Islam?
Dan betapa nyamannya hati ini hanya dengan melihatnya?
BACA JUGA: Fakta-fakta Menarik Nabi Muhammad
Kemudian saya diingatkan bahwa, saya tidak terlahir sebagai Sahabat di masa Nabi. Itu merupakan kehendak Allah. Namun, aku merasa sangat jauh dari Nabi.
Saya ada pada waktu dimana Nabi tidak mungkin akan mengenali saya. Saya hidup dalam masyarakat yang berbeda, berbicara dalam bahasa yang berbeda, dan mengetahui serta memahami budaya yang berbeda, jauh sekali darinya.
Ada sebuah riwayat yang menyebut bahwa Nabi datang ke sebuah pemakaman dan berkata,
“Salam atas kalian wahai penghuni (kuburan) tempat orang-orang beriman. Aku insya Allah akan menyusul kalian. Aku ingin sekali berjumpa saudara-saudaraku.’ Mereka (para sahabat) berkata, ‘Wahai Rasulullah, bukankah kami saudaramu?’
Beliau bersabda, ‘Kalau kalian adalah para sahabatku. Saudara-saudaraku adalah mereka (orang-orang beriman) yang belum ada sekarang ini dan aku akan mendahului mereka di telaga.’
Mereka berkata, ‘Wahai Rasulullah, bagaimana engkau mengenali orang-orang (beriman) yang datang setelah engkau dari kalangan umatmu?’ Beliau bersabda, ‘Bukankah jika seseorang punya kuda yang sebagian kecil bulunya putih akan mengenali kudanya di tengah kuda-kuda yang hitam legam?’ Mereka menjawab, ‘Ya’ Beliau berkata, ‘Sesungguhnya mereka akan datang pada hari kiamat dengan cahaya putih karena wudhu. Dan aku akan menunggu mereka di telaga.” (HR Bukhari dan Muslim)
Mengetahui bahwa Nabi telah memanggil generasi pengikutnya di masa depan sebagai ‘saudara dan saudari’ membuat saya kesal. Karena meskipun saya jauh darinya di waktu dan tempat dan dalam banyak hal lainnya, saya berusaha keras untuk menjadi saudara perempuannya, keluarganya.
Coba pikirkan, siapa yang lebih dekat daripada saudara kandung?
Kita semua memiliki teman-teman yang bergaul dengan kita dan mendengarkan masalah kita, dan bahkan menerima nasihat kita. Tetapi pada akhirnya, tidak ada yang lebih dekat dengan kita selain saudara-saudari kita. Tidak ada yang lebih dekat dengan Anda daripada keluarga Anda.
Panggilan Nabi kepada orang yang beriman di generasi mendatang sebagai saudara-saudaranya, membuat hati saya terhibur dan membuat saya merasa sangat dekat dengannya. Tetapi bagaimana kita bisa lebih dekat dengannya daripada para Sahabat?
Suatu ketika, Nabi SAW berkumpul bersama sahabat-sahabatnya yang mulia. Di sana hadir pula sahabat paling setia, Abu Bakar ash-Shiddiq. Kemudian Nabi berkata, “Wahai Abu Bakar, aku begitu rindu ingin bertemu dengan saudara-saudaraku.”
Suasana di majelis itu hening sejenak. Terlebih Abu Bakar. Itulah pertama kalinya dia mendengar pengakuan Nabi.
“Apakah maksudmu berkata demikian, wahai Rasulullah? Bukankah kami ini saudara-saudaramu?”tanya Abu Bakar
“Tidak, wahai Abu Bakar. Kamu semua adalah sahabat-sahabatku tetapi bukan saudara-saudaraku.” jawab Rasul.
“Kami juga saudaramu, wahai Rasulullah,” kata seorang sahabat yang lain.
Rasulullah menggeleng-gelengkan kepalanya perlahan-lahan sambil tersenyum. Kemudian Nabi bersabda:
“Saudara-saudaraku adalah mereka yang belum pernah melihatku tetapi mereka beriman denganku dan mereka mencintai aku melebihi anak dan orang tua mereka. Mereka itu adalah saudara-saudaraku dan mereka bersama denganku. Beruntunglah mereka yang melihatku dan beriman kepadaku dan beruntung juga mereka yang beriman kepadaku sedangkan mereka tidak pernah melihatku.” (Hadis Muslim)
Bayangkan jika Anda seorang Sahabat dan mendengar bahwa ternyata And tidak disebut sebagai saudara oleh Nabi. Pasti sulit bagi mereka untuk mendengar hal itu.
Namun, hadis ini menjadi berita gembira bagi pengikut Rauslullah Saw yang akan merasa jauh darinya karena jarak dan waktu, namun mereka tetap beriman terhadap Allah dan sunnah Nabi meski tanpa pernah melihat atau bertemu langsung dengannya.
Keyakinan tanpa melihat ini adalah cinta dan kepercayaan tertinggi yang membuat kita begitu dekat dengan Nabi,
Tetapi masih banyak dari kita yang merasa jauh darinya, meskipun kita merasakan cinta yang besar dan rasa hormat kepadanya. Jadi bagaimana kita bisa merasa lebih dekat?
Ada banyak cara untuk merasa dekat dengan Nabi Muhammad dan karenanya dekat dengan Allah.
Pertama,bershalawat. Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QSAl Ahzab:56)
Nabi Muhammad (saw) bersabda:
“Allah memiliki para malaikat yang berkeliling di bumi, menyampaikan kepadaku salam ummatku.” (An-Nasa’i)
Dan setiap kali kita mengirim salam dan shalawat kepada Nabi Saw, dia menanggapi kita. Nabi berkata:
“Tidaklah seseorang menyampaikan salam untukku, melainkan Allah akan mengembalikan ruhku hingga aku membalas salam tersebut untuknya.” (HR. Abu Daud no. 2041. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan)
BACA JUGA: Kebiasaan-Kebiasaan Nabi Muhammad, Manfaatnya Terbukti secara Ilmiah
Bayangkan menjadi saudara lelaki atau perempuan dari manusia yang begitu hebat, dan kemudian dia membalas salam Anda. Ini benar-benar suatu kehormatan.
Banyak dari kita dibesarkan sebagai Muslim tumbuh belajar (jalan atau kehidupan) dari Nabi Muhammad. Dan banyak orang yang insaf mempelajari jalan hidup Nabi tepat di luar pintu gerbang. Tetapi kita tidak harus berhenti belajar, berpikir kita tahu segala sesuatu yang perlu diketahui tentang dia.
Banyak ulama besar Islam menghabiskan seluruh hidup mereka untuk belajar dan menghafal perincian kehidupan Nabi. Siapa yang kita pikir kita tahu segalanya yang perlu diketahui setelah beberapa buku atau kuliah? Mempelajari perihidup Nabi Muhammad merupakan studi yang tiada akhir bagi pengikutnya.
Kedua, laksanakan sunnahnya
Selain itu, ketika kita belajar, kita dapat menerapkan sunnah Nabi untuk kehidupan kita sendiri. Ini adalah tujuan bagi setiap Muslim. Kehidupan yang Banyak informasi tentang ini dalam Quran dan hadis otentik. Sunnah Nabi merupakan contoh bagaimana Allah menghendaki kita menjalani hidup.
Dengan mengenal Nabi Muhammad Saw dan mengetahui tentang hidupnya, dan mengirim shalawat kepadanya, kita menjadi lebih dekat dengan Nabi dan lebih dekat dengan Allah SWT. Semakin banyak yang kita tahu tentang Nabi Muhammad, semakin kita tidak akan bisa untuk tidak mencintainya dan bahkan ingin mengikuti teladannya.
Dan dalam melakukan ini kita akan menjadi lebih dekat dengannya daripada para Sahabat. Kita akan menjadi saudara laki-laki dan saudara perempuan yang dia rindukan. []
SUMBER: ABOUT ISLAM