PARA ulama’ telah sepakat, bahwa orang tua yang sangat berat untuk berpuasa di bulan Ramadhan, maka boleh baginya untuk berbuka. Akan tetapi wajib baginya untuk membayar fidyah menurut Jumhur ulama’ dari Hanafiyyah, Hanabilah dan pendapat yang benar dari Syafi’iyyah.
Imam An-Nawawi –rahimahullah- :
قَالَ الشَّافِعِيُّ واصحاب: الشَّيْخُ الْكَبِيرُ الَّذِي يُجْهِدُهُ الصَّوْمُ أَيْ يَلْحَقُهُ بِهِ مَشَقَّةٌ شَدِيدَةٌ وَالْمَرِيضُ الَّذِي لَا يُرْجَى بُرْؤُهُ لَا صَوْمَ عَلَيْهِمَا بِلَا خِلَافٍ
“Asy-Syafi’i dan para sahabatnya berkata : Orang yang tua renta yang sangat berat untuk berpuasa dan orang sakit yang sudah tidak diharapkan untuk kesembuhannya, tidak ada puasa bagi keduanya tanpa ada perselisihan”. [ Al-Majmu’ : 6/258 ].
BACA JUGA: Polemik Wanita Hamil dan Menyusui, Qadha atau Fidyah?
Beliau –rahimahullah- juga berkata :
أَنَّ مَذْهَبَنَا أَنَّهُ لَا صَوْمَ عَلَيْهِ وَيَلْزَمُهُ الْفِدْيَةُ عَلَى الْأَصَحِّ
“Sesungguhnya madzhab kami, (orang tua renta) tidak wajib puasa akan tetapi wajib membayar fidyah menurut pendapat yang paling benar dari (asy-syafi’i)”. [ Al-Majmu’ : 6/259 ].
Hal ini berdasarkan firman Allah :
وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ
“Dan wajib atas orang-orang yang sangat berat/susah berpuasa untuk membayar fidyah kepada orang-orang miskin”. [ QS. Al-Baqarah : 184 ].
Imam Ibnu Katsir –rahimahullah- berkata dalam tafsirnya :
وَقَالَ أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحِيمِ، عَنْ أَشْعَثَ بْنِ سَوَّارٍ، عَنْ عِكْرِمَةَ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ نَزَلَتْ هَذِهِ الْآيَةُ: {وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ} فِي الشَّيْخِ الْكَبِيرِ الذِي لَا يُطِيقُ الصَّوْمَ ثُمَّ ضَعُفَ، فَرَخَّصَ لَهُ أَنْ يُطْعِمَ مَكَانَ كُلِّ يَوْمٍ مِسْكِينًا.
Abu Bakar bin Abi Syaibah telah menceritakan kepada kami, (dia berkata) Abdurrahim telah menceritakan kepada kami, (dia berkata) dari Asy’ab bin Sawwar,dari Ikrimah dari Ibnu Abbas –radhiallahu ‘anhu- beliau berkata tentang ayat “DAN WAJIB ATAS ORANG-ORANG YANG SANGAT BERAT BERPUASA, UNTUK MEMBAYAR FIDYAH KEPADA ORANG-ORANG MISKIN”, turun kepada orang tua renta yang tidak mampu puasa(sangat memberatkan) lalu akan menimbulkan kelemahan. Maka Dia (Allah) memberikan rukhsah (keringanan) baginya untuk memberi makan kepada orang-orang miskin sebagai ganti puasa yang dia tinggalkan”[ Tafsir Ibnu Katsir : 1/500 ].
Demikian juga dinyatakan oleh Sahabat Ibnu Mas’ud –radhiallahu ‘anhu- beliau berkata tentang ayat di atas :
وَأَمَّا الشَّيْخُ الْكَبِيرُ إِذَا لَمْ يُطِقِ الصِّيَامَ
“Adapun orang tua renta apabila tidak mampu/berat sekali untuk melaksanakan puasa (maka membayar fidyah)”.
Imam Al-Bukhari –rahimahullah- telah mengeluarkan sebuah riwayat dari Anas bin Malik –radhiallahu ‘anhu- secara mu’alaq, dan telah dimaushulkan (disambung sanadnya) oleh Imam Abu Ya’la Al-Mushili –rahimahullah- dalam “Musnad”-nya :
فَقَدْ أَطْعَمَ أَنَسٌ بَعْدَ مَا كَبِرَ عَامًا أَوْ عَامَيْنِ، كُلَّ يَوْمٍ مِسْكِينًا، خُبْزًا وَلَحْمًا، وَأَفْطَرَ
“Saat menginjak usia tua, selama setahun atau dua tahun, Anas bin Malik memberi makan roti dan daging kepada orang-orang miskin pada setiap hari yang beliau tinggalkan, lalu beliau berbuka (tidak puasa)”. [ Shahih Al-Bukhari : 6/25 ].
BACA JUGA: Sudah Bayar Fidyah, Haruskah Mengqadha Juga?
Diqiyaskan kepada orang tua yang sudah renta, setiap keadaan yang memiliki kondisi yang sama dengannya. Yaitu suatu kondisi kesulitan dan kelemahan yang sangat dan bersifat terus-menerus.Seperti seorang yang sakit yang sudah tidak diharapkan kesembuhannya. Maka dibolehkan untuk membayar fidyah (simak ucapan Imam Nawawi di awal pembahasan). Karena ada suatu kaidah :
الحكم يدور مع علته وجودا و عدما
“Hukum itu akan berputar bersama ada atau tidaknya illat (sebab) yang ada padanya.” []
Facebook: Abdullah Al Jirani