ADA beberapa sifat Jiwa manusia yang telah digambarkan dalam ajaran Islam salah satunya dalam Alquran.
Allah SWT telah menciptakan manusia dengan sebaik-baiknya bentuk. Serta kepadanya telah dihiasi aneka sifat dalam dirinya.
Hal ini dijelaskan dalam Al-quran:
“Dia menciptakan langit dan bumi dengan tujuan yang benar, Dia membentuk rupamu lalu memperbagus rupamu, dan kepadanya tempat kembali.” (QS. At-Taghobun: 3)
Selain itu Allah juga telah menggambarkan proses penciptaan manusia dengan secara rinci. Dijelaskan dalam Alquran surat Al-Mu’minum ayat 12-14.
“Sungguh kami telah menciptakan manusia dari sari pati (yang berasal) dari tanah. Kemudian kami menjadikannya air mani di dalam tempat yang kukuh (Rahim). Kemudian, air mani itu kami jadikan sesuatu yang menggantung (darah). Lalu, sesuatu yang menggantung itu kami jadikan segumpal daging. Lalu, segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang. Lalu, tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kamudia, kami menjadikannya makhluk yang (berbentuk) lain. Maha suci Allah sebaik-baik pencipta.” (QS. Al-Mu’minun: 12-14)
Disamping kedahsyatannya penciptaan manusia, Allah SWT juga menganugrahi beberapa karakter sifat dalam diri manusia tersebut.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah r.a, beliau berkata “hakikatnya jiwa itu satu akan tetapi memiliki 3 sifat.”
Berikut merupakan tiga sifat Jiwa manusia yang perlu diketahui oleh setiap muslim.
BACA JUGA: Inilah 7 Tingkatan Jiwa Menurut para Mufasir
1 Sifat Jiwa Manusia: Nafsu Mutmainah
Nafsu Mustmainah ini merupakan bagian dari sifat jiwa manusia. Orang yang memilki sifat ini adalah mereka yang telah mengenal Tuhannya dengan baik dan benar.
Sebagaimana Allah SWT berfirman:
“Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah kedalam jamaah hamba-hamba-Ku, masuklah kedalam surga-Ku.” (QS. Al-Fajr: 27-30)
Ruh-ruh orang yang beriman pada dasarnya akan ditempatkan oleh Allah SWT di Illiyin. Seperti yang dikatakan Rasulullah ﷺ dalah sebuah hadits:
“Nafsu Mutmainah senantiasa mengajak kepada kebaikan dan cenderung suka mengajarkan yang baik.” (HR. Al Bara bin Azib ra)
2 Sifat Jiwa Manusia: Nafsu Lawwamah
Sifat Jiwa manusia yang lain ialah memiliki nafsu lawwamah. Nafsu ini adalah jenis jiwa yang baik.
Nafsu lawwamah merupakan sebuah intropeksi dan evaluasi ketika melakukan kegiatan serta kemaksiatan sehingga akan muncul bisikan pada dirinya mengapa saya melakukan perbuatan itu. Serta dia merasa menyesal setelah melakukan kejahatan dan kemasiatan tersebut.
Misalnya jika kita dalam sehari tidak membaca Alquran, kemudian merasa sesak dan berkata: “Hari ini saya belum membaca Alquran” hal ini merupakan nafsu lawwamah.
Jadi maksudnya, jika kita menghabiskan waktu pada hal yang tidak bermanfaat kemudian merasa penyesalan, hal itu merupakan kebaikan yang senantiasa selalu mengintropeksi diri.
Sebagaimana telah disebutkan dalam Alquran:
“Dan jiwa serta penyempurna (ciptaanya). Maka Allah menghilangkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaanya.” (QS. Asy Syams: 7)
BACA JUGA: Inilah 4 Kunci yang Membuat Manusia Bisa Bahagia
Maksudnya Allah SWT menyampaikan kepada umatnya, bahwasanya sifat tersebut kadang menjadi fasik dan kadang menjadi takwa sesuai dengan yang Allah SWT ilhamkan kepada hambanya.
Namun hal ini bagaiaman orang tersebut membiasakannya. Jika dirinya membiasakan melakukan hal-hal kebaikan, maka jiwa tersebut akan menjadi baik.
Sebaliknya apabila orang tersebut membiasakan dirinya melakukan hal yang buruk, maka jiwa tersebut akan menjadi buruk.
Salah seorang ulama telah berkata: “Saya mengiringi jiwa saya untuk taat kepada Allah SWT dan ia dalam keadaan menangis adapun sekarang ia taat kepada tuhannya dan ia dalam keadaan takwa.”
3 Sifat Jiwa Manusia: Nafsu Ammarah
Sifat Jiwa manusia yang terakhir ialah memilki nafsu Ammarah. Sebagai seorang muslim, hendak jiwanya selalu ditundukan dengan nasehat yang bersumber dari Alquran dan Sunnah Rasulullah ﷺ.
Sebab jika tidak ditundukan kepada syariat Islam, maka jiwa tersebut akan dikuasai oleh nafsu ammarah.
Nafsu ammarah akan senantiasa selalu mengajak kepada keburukan dimana akan melakukan dosa dan maksiat tanpa adanya penyesalan, melainkan akan bangga telah mengerjakannya.
Ketika nafsu ammarah telah mengauasai diri seseorang maka hatinya akan menjadi kotor dan hitam. Sebab jiwanya selalu melakukan dosa dan maksiat kepada Allah SWT.
Allah SWT berfirman:
“Maka apakah mereka tidak berjalan dimuka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang didalam dada.” (QS. Al-Hajj: 46)
Jika dalam diri seseorang telah tertanam nafsu ammarah maka adukanlah kepada Allah SWT mengapa sekarang tidak merasakan lezatnya ibadah, mengapa sekarang mudah terjatuh dalam kemaksiatan bahkan merasa lezat dengan maksiat tersebut.
Jika hal ini terjadi segeralah bertaubat memohon ampun, agar kelezatan beribadah bisa kita rasakan kembali. []
SUMBER: MIM.OR.ID