SEBAGAI seorang makhluk, Allah telah menancapkan rasa malu pada diri kita. Namun, banyaknya orang yang berbuat maksiat pada Allah, itu bukan berarti ia tidak punya malu, melainkan ia lebih mengedepankan nafsu atau egonya semata.
Ia tahu, bahwa Allah menyaksikan perbuatannya, tapi nafsunya yang besar membuatnya merasa tak ada yang memperhatikan.
BACA JUGA:Â 3 Puncak Keimanan Seorang Muslim
Ketahuilah malu dalam Islam adalah sebuah perisai untuk menghindarkan seseorang dari kemungkaran. Maka, orang yang tetap berbuat ingkar terhadap Tuhannya, ia tidak membudidayakan rasa malu.
Padahal, itu sangat berarti bagi kelangsungan hidupnya, dan keselamatannya di dunia dan akhirat. Dan salah satu akibat perbuatan ingkar itu ialah tertimpa berbagai macam penyakit berbahaya.
Lalu apa hubungannya malu dengan kesehatan? Dapatkah menjadikan malu sebagai perisai?
Perisai adalah tameng yang dapat menangkal benda tertentu. Ketika menyebut malu sebagai sebuah perisai yang menyehatkan, itu artinya menjadikan malu sebagai penangkal penyakit. Salah satu penyebab terjadinya penyakit yaitu disebabkan gaya hidup yang jelek.
Nah, dengan adanya sifat malu ini maka model gaya hidup tersebut bisa diubah menjadi lebih baik. Misalnya saja, malu untuk meminum minuman keras. Minuman keras merupakan salah satu sumber penyakit di hepar (hati).
BACA JUGA:Â Enggan Bermusyawarah, Ciri Iman Mulai Lemah
Contoh yang lain, malu untuk makan berlebih. Makan yang over merupakan penyebab kondisi obesitas. Dan obesitas adalah sumber berbagai penyakit kronis.
Penggunaan sifat malu ini dalam kesehatan juga harus sesuai kondisi serta waktu, jangan asal-asalan. Contohnya, jangan malu untuk berolahraga. Ingat, olahraga identik dengan badan sehat bugar. []
Referensi: Tau Gak Sih Islam Itu Sehat?/Karya: Dr. Faza Khilwan Amna, MMR dan Dr. Hendri Okarisman/Penerbit: Aqwamedika