Oleh: Yudistrira Adi Maulana
Owner Bekam Ruqyah Center Purwakarta
SIHIR menurut pemahaman bangsa kuno dan dianggap bagian dari fenomena alam. Di antara bangsa kuno yang mempraktekan sihir dan tersesat karenanya adalah bangsa Babilonia. Allah berfirman: “Hanya setan-setan itulah yang kafir (mengerjakan sihir), mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan paragraph yang diturunkan kepada dua malaikat di negeri ababil, yaitu: Harut dan Marut.”
Babilonia yang dimaksud oleh Nash Alkariem diatas maksudnya adalah kota di negeri Iraq, yang letaknya di tepi sungai Euprat, bekas kota ini masih ada sampai sekarang.
Babilonia adalah kota yang terbesar di dunia, penjurunya banyak, banyak ilmu pengetahuan dan seni diantara ilmu pengetahuan dan seni ini adalah sihir dan falak (astronomi). Herodos tokoh sejarawan dimasanya telah mengilustrasikan kota Babilonia sangat indah yang menunjukkan kehebatan dan kemajuan, penduduk Babilonia tak lain adalah bangsa Nabath dan Surniyyin.
Merajalelanya sihir di bangsa Babilonia dan maraknya ilmu pengetahuan sudah popular kemana-mana, seiring telah dinaskan Alquranul kariem.
Ibnu Kholdun mengatakan: adapun eksistensi sihir di kalangan penduduk Babilonia, yaitu orang-orang Celodonia dari Nabath dan Suryaniyin adalah teramat banyak, telah diekspos ke dalam Alquran dan telah didokumentasikan oleh banyak berita.
Sampai-sampai sihir di Negara Babilonia dan Mesir di masa-masa bit’sah nabi Musa As mempunyai pasar yang ramai dikunjungi orang.
BACA JUGA: Gimana sih Cara Menangkal Sihir?
Pengarang kitab “Dairotull maarif alquranul alisyriin” menceritakan kemahiran penduduk Babilonia tentang sihir demikian: Penduduk Babilonia dan orang Celodonia dari Nabath dan Suryaniyin dianggap merupakan bangsa yang terlihai dalam sihir dan astrologi.
Seni tukar-menukar roh dan mengeluarkannya dari badan adalah diantara seni yang mendapat kedudukan teristimewa di kalangan mereka.
Abu Bakar Arrozi yang popular dengan Aljashahhhos menyebutkan; penduduk Babilonia adalah kaum Shobi’in yang suka menyembah tujuh planet dan mereka menamakan dewa mereka punya keyakinan bahwasanya fenomena-fenomena alam keseluruhannya adalah dari perbuatan ketujuh planet ini.
Mereka adalah kaum Mu’aththilah (meniadakan Allah) yang tak kenal dengan Sang Pencipta yang Maha Esa yang telah membuat bintang-bintang dan seluruh kebesaran alam. Kaum Babilonia ialah yang Allah Ta’ala telah mengutus kepadanya nabi Ibrahim As lantas mengajak mereka kepada Allah Ta’ala, dan mengajak dialog mereka dengan argumentasi yang ia jelaskan kepada mereka secara transparan lalu beliau mengemukakan argumentasi solidnya.
Sehingga mereka tak bisa memungkiri, lantas mereka melemparkannya kedalam api yang menyala, dan dijadikan api tersebut oleh Allah Ta’ala menjadi dingin dan sejuk. Kemudian Allah memerinahkan nabi Ibrahim berhijrah ke negeri Syam.
Imam Aljashshosh juga menyebutkan: Bahwasanya penduduk Babilonia menyembah arca-arca yang mereka buat dengan nama-nama ketujuh planet.
Masing-masing arca mereka buatkan sebuah kuil, mereka bertaqorrub kepadanya dengan aneka ragam perbuatan sesuai keyakinan mereka lewat persetujuan bintang yang mereka minta yang bisa mendatangkan kebaikan dan keburukan siapapun yang ingin minta kebaikan dan kebahagiaan.
Mereka bertaqorrub kepada arcanya dengan persetujuan bintang Yupiter yang mensyaratkan si pemohon mendatangkan asap kemenyan antara buhul dan tiupan kepadanya.
Siapa-siapa yang meminta keburukan peperangan, kematian, dan kebinasaan untuk orang lain, mereka bertaqorrub kepada bintang Saturnus dengan syarat persetujuannya. Siapa yang ingin petir, kebakaran dan wabah Tho’un, mereka bertaqorrub kepada bintang Mars dengan syarat menyembelih sebahagian hewan.
Imam Aljashshosh juga menyatakan: bahwasanya semua mantra dianggap nabath, semua demi mengagungkan bintang-bintang yang mereka minta agar mendatangkan kebaikan, keburukan, kecintaan, kemurkaan dan bisa memenuhi permintaan.
Jadilah mereka punya keyakikan bahwasanya mereka bisa mempermainkan orang sesuka hatinya tanpa menyentuh dan meraba kecuali sesajian yang mereka persembahkan untuk planet tempat mereka memohon.
BACA JUGA: Inilah Orang yang Mengirim Sihir kepada Rasulullah
Sudah menjadi tradisi umum diantara yang mengaku bisa mengubah manusia menjadi keledai atau anjing, jika berkehendak mengembalikan ke bentuk semula, dan bisa mengendarai telur, sapu, sekam, bisa terbang diangkasa, lantas berangkat ke Iraq, India atau negeri lainnya, sesukanya kemudian pulang di malam hari.
Orang awam meyakini demikian, karena mereka menyembah planet dan meyakini semua untuk yang diagungkan, di sela-sela itu juru sihir mengelabui mereka dengan siasat “kamuflase”.
Untuk meyakini kebenarannya, dengan cara menanamkan bahwasanya yang demikian tak akan terlaksana dan tidak bermanfaat bagi seseorang, serta tak akan memenuhi keinginannya, kecuali bagi orang yang yakin membenarkannya. []
BERSAMBUNG