Oleh: Albar Rahman
albarrahman20@gmail.com
SIKAP yang paling cerdas ialah mampu mengatasi masalah dan menjalankan tantangan dengan baik. Dalam hidup ini, ada dua agenda besar yaitu mengatasi masalah dan memperbaiki diri secara terus menerus. Dua agenda ini dikutip dari kitab Kaidah Quraniyyah yang ditulis oleh Umar bin Abdullah, jika tidak keliru.
Untuk menghadapi dua tantangan ini, Imam Hanafi memiliki sikap cerdas agar mampu menyelasaikan masalah dengan terus memperbaiki diri. Saat menghadapi para pendengki dan pecundang yang cibiran bibirnya cetus, Imam Hanafi mengambil sikap sadar, dirinya tidak akan terlepas dari celaan orang- orang, meskipun hanya satu orang yang dengki dan benci atas dirinya.
Namun beliau tetap bersikap tidak memedulikan suara “miring” orang. Yang ia perhatikan benar- benar adalah ayat- ayat firman Allah SWT.
Tindakan ini mengingatkan kita pada kisah katak yang tuli. Suatu saat, kodok yang tuli itu menjadi pemenang saat memanjat pohon pinang. Mengapa katak tuli itu menang, karena saat katak yang lain putus asa dia tetap saja berusaha, walau yang lain mengatakan tidak mungkin dan mencemoohnya. Apalah arti cemohan itu karena tidak didengar oleh kodok yang tuli tersebut?
Coba kita mulai sesuatu yang terkadang harus menjadi katak tuli dalam hidup ini. Saat orang menjatuhkan tapi kita tetap bangkit adalah pilihan yang menjadi prinsip. Saat orang mencemooh tidak mendengarkan dengan terus berusaha itulah langkah yang diambil. Mengapa tidak memilih itu hak semua orang dan melawan kebatilan sudah tentu juga menjadi hak orang yang ingin menegakan kebenaran?
Cerdas dalam berniaga yang juga dimiliki Imam Hanafi, wajar saja dalam riwayat ia adalah manusia yang cerdas berniaga ada kala itu. Kemudian ia juga terampil dalam membuat batu ubin dan satu- satunya orang yang berbakat khusus dalam pembuatan batu ubin tersebtut yang digunakan untuk dinding benteng kala itu pemerintahan al- Manshur. Untuk menyiasati dagangannya ia mengirimkan temannya untuk menbawa baju dagangnya dari Kufah ke Baghdad.
Setidaknya ada tiga aspek yang bisa kita teladani untuk sehari, di antaranya adalah cerdas menghadapi orang yang tidak senang dengan kita, menjadi pribadi yang memiliki keahlian yang dibutuhkan, dan membagi pekerjaan agar semuanya bisa disiasati dan diselesaikan dengan baik. []
Sumber: Biografi 4 Imam Mazhab, Moenawar Chalil