UMAR bin Khattab merupakan sosok yang memiliki harga diri tinggi, kuat pendidiran dan setiap keinginannya sulit bahkan tak dapat dicegah. Oleh karena itulah, keislamannya menimbulkan goncangan luar biasa di kalangan kaum musyrikin dan membuat mereka merasa terhina dan dipermalukan. Sementara itu, keislaman Umar menambah izzah, kemuliaan dan kegembiraan.
Ibnu Ishaq menuturkan dengan sanadnya dari Umar, ia berkata, “Tatkala aku sudah masuk Islam, aku mengingat-ingat siapa penduduk yang paling kejam terhadap Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Aku berkata, ‘Pastilah Abu Jahal orangnya.’ Lalu aku mendatanginya dan aku ketuk pintu rumahnya. Dia pun segera keluar dan menyambutku seraya berkata, “Selamat datang! Ada apa denganmu?’
BACA JUGA: Surat dari Umar Runtuhkan Tradisi Kuno di Sungai Nil
Aku datang untuk memberitahumu bahwa aku telah beriman kepada Allah ‘Azza wa Jalla dan Rasul-Nya, Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, serta membenarkan apa yang dibawanya. Lalu dia membanting pintu di hadapan wajahku seraya berkata, ‘Semoga Allah mennghinakanmu dan apa yang engkau bawa’.”
Riwayat lain dari Ibnu al-Jauzi disebutkan bahwa Umar berkata, “Dulu, jika seseorang masuk Islam, maka orang-orang akan mendatanginya lalu memukulinya dan dia juga balas memukuli mereka, namun ketika aku masuk Islam, aku mendatangi pamanku, al-Ashi bin Hasyim, dan memberitahukan kepadanya hal itu, dia malah masuk rumah. Lalu aku pergi ke salah satu pembesar Quraisy –seperti Abu Jahal– dan aku memberitahukan padanya keislamanku, tetapi dia juga malah masuk rumah.”
BACA JUGA: Rasulullah Kagum dengan Semangat Ummu Umarah
Ibnu Hisyam juga menyebutkan –demikian pula Ibnu al-Jauzi secara ringkas– bahwa ketika Umar masuk Islam, dia mendatangi Jamil bin Ma’mar al-Jumahi –merupakan orang Quraisy yang paling cepat menyebarkan berita– dan memberitahukan kepadanya mengenai keislamannya, orang ini seketika langsung berteriak dengan sekeras-kerasnya bahwa Ibnu al-Khattab telah menjadi penganut agama baru. Umar pun menimpali –di belakangnya–, “Dia bohong, akan tetapi aku telah masuk Islam.” Mendengar itu mereka menyergap Umar seorang diri, sehingga terjadi pertarungan antara Umar dan mereka. Pertarungan itu baru selesai ketika matahari sudah berada di atas kepala mereka, tetapi Umar sudah nampak kepayahan. Ia hanya bisa duduk sementara mereka berdiri dekat kepalanya.
Umar berkata kepada mereka, “Lakukanlah apa yang kalian suka. Sungguh aku bersumpah atas nama Allah, bahwa andai kami berjumlah tiga ratus orang, niscaya kami biarkan mereka untuk kalian atau kalian biarkan mereka untuk kami.” []
Sumber: Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri. 1421 H. Ar-Rahiq al-Makhtum, Sirah Nabawiyah Perjalanan Hidup Rasul yang Agung Muhammad صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم , Dari Kelahiran Hingga Detik-Detik Terakhir. Jakarta: Darul Haq.