Oleh : Sintia Sinta
sintiasinta001@gmail.com
HARI ini Indonesia bahkan seluruh dunia sedang digemparkan oleh sebuah wabah yang mungkin cukup membuat semua orang ketakutan. Bagaimana tidak, virus corona ini mampu mematikan ribuan jiwa dalam waktu yang singkat lewat penularan yang cepat. Penyakit coronavirus (COVID-19) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus jenis baru yang belum pernah teridentifikasi pada manusia.
Penyebaran utama coronavirus baru ini adalah melalui kontak dengan orang yang terinfeksi saat mereka batuk atau bersin, atau melalui kontak dengan tetesan air liur atau cairan/ lendir hidung orang yang terinfeksi.
Dilansir oleh Pikiran Rakyat pada tanggal 10 mei 2020, pada pukul 08.34 WIB “Jumlah pasien di dunia terus bertambah, tercatat sebanyak 4,1 juta orang terinfeksi virus corona hingga hari minggu. Kemudian di Indonesia jumlah pasien Covid-19 ini sudah mencapai 13.645 orang dinyatakan positif, 2.607 orang sembuh, dan 959 orang meninggal dunia.”
Melihat kondisi wabah yang semakin hari semakin memburuk tentu saja pemerintah tidak diam saja, banyak tindakan yang dilakukan guna pemutusan rantai penularan Covid-19 ini. Diantara tindakan yang dilakukan adalah, pembatasan jarak antara satu sama lain, hibauan penggunaan APD ketika berpergian, larangan beribadah secara berjama’ah, dan banyak lagi bentuk tindakannya.
Lantas selaku kaum muslim harus bagaimana sikap kita dalam menanggapi wabah ini?, terlebih menanggap penutupan mesjid dani larangan beribadah secara berjama’ah. Seperti yang kita fahami bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini berjalan sesuai kehendakNya, bahkan nyawa yang ada di dalam raga pun adalah kuasaNya. Sebagaimana firmanNya mengenai penguasaan nyawa adalah ayat yang berbunyi:
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ، وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً، وَاِلَيْنَا تُرْجَعُوْن
Artinya: “Tiap-tiap yang berjiwa akan mati. Kami akan menjawab kamu dengan keburukan dan manfaat sebagai ujian / (percobaan sebenar-benarnya). Dan hanya untuk Kami-lah kamu diundang.” (QS. Al-Anbiyaa [21]: 35).
Lebih lanjut tentang sikap terbaik tentang ujian yang terdiri dari serangan virus korona itu yaitu:
Pertama, berikhtiar menghindarinya dengan memperhatikan hukum kausalitas Sunnatullah. Bentuk ikhtiar inilah sebagai salah satu rukun dari tawakal, salah satunya dengan kita patuh pada aturan yang diterapkan pemerintah untuk diam di rumah saja serta menjeda dulu untuk tidak beribadah dan berkumpul secara berjama’ah. Lantas apakah hal ini menyalahi syariat Islam?. Tentu saja tidak, karena ini salah satu bentuk rukhsoh dikarenakan karena ada udzur syar’i.
Pada zaman dahulu pun di zaman abu bakar pernah terjadi wabah, seperti diceritakan bahwa kompilasi khalifah Umar bin Khattab berangkat ke Syam bersama rombongan besar para sahabat. Namun di tengah perjalanan, sesampainya di wilayah Saragh, para pemimpin pasukan Muslim di wilayah itu datang menyambut mereka; di meminjam adalah Abu Ubaidah bin Jarrah dan lainnya. Setelah nermusyawarah dengan para pemuka Quraisy dan Anshar, di tengah perbincangan Umar dengan Abu Ubaidah, datang Abdurrahman bin ‘Auf yang sebelumnya pergi meninggalkan rombongan karena suatu hajat. Lalu Abdurrahman bin ‘Auf berkata: “Aku mengerti masalah ini. Aku mendengar Rasulullah bersabda:
‘Bila kamu mendengar wabah berjangkit di suatu negeri, janganlah kamu datangi negeri itu. Dan mengembalikan wabah yang berjangkit di negeri tempat kamu berada, maka janganlah keluar dari negeri karena harus menyelamatkan diri. ‘
Dilihat dari kisah pada zaman Umar bin Khatab dan hadits Rasulullah ini bahwa salah satu ikhtiar dalam menghadapi wabah Covid-19 ini adalah dengan berdiam diri tanpa bepergian kesana kemari. Karena ini adalah salah satu pemutusan rantai penularan virus, kita tahu dan yakin bahwa hidup dan mati adalah takdir Allah tapi dalam menghadapi wabah ini kita butuh ikhtiar. .
Kedua, kita bertawakkal sepenuhnya bagi Allah setelah berikhtiar. Bebas kita yakin sepenuhnya atas usaha sungguh-sungguh pemerintah dalam menanggulangi pandemi COVID-19. Kita kembalikan segala takdir baik dan buruk setelah berikhtiar dengan maksimal.
Wallahu’alam. []
Kirim OPINI Anda lewat imel ke: redaksi@islampos.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi di luar tanggung jawab redaksi.