Table of Contents
SAHABAT Islampos, menurut ajaran Islam, wara’ dan zuhud sangat penting untuk diterapkan dalam kehidupan. Terkait hal tersebut, Imam Al Ghazali menyebutkan, terdapat empat tipe sikap wara’. Ini perlu diketahui muslim agar dapat diamalkan.
ولكن الورع له أربع مراتب
“Kewaraan memiliki empat tingkatan/level,” (Abu Hamid Al-Ghazali, Ihya’ Ulumiddin, [Beirut, Darul Fikr: 2018 M/1439 H-1440 H], juz I, halaman 32).
Apa saja 4 tipe sikap wara’ tersebut?
Sebelumnya, perlu dipahami, wara’ merupakan sikap meninggalkan atau menghindari segala hal yang mengandung syubhat atau tidak jelas status halal haramnya. Sedangkan zuhud adalah sikap meninggalkan keduniaan sebab mengerti bahwa dunia itu adalah hina bila dibanding dengan keindahan akhirat. Kehidupan duniawi yang dimaksud di sini merupakan kehidupan sementara, senda gurau, dan kesenangan yang sifatnya fana serta menipu. Sedangkan akhirat adalah sebaik-baik tempat kembali bagi manusia.
BACA JUGA: 4 Jenis Kesucian Menurut Imam Al Ghazali
Berikut empat tipe sikap wara’ sebagaimana disebutkan Imam Al Ghazali dalam Ihya Ulumuddin:
1 Tipe sikap wara’: Wara’us syuhud wal qadha
Wara’us syuhud wal qadha adalah kewaraan minimal yang menjadi syarat integritas saksi di pengadilan. Tanpa kewaraan ini, seseorang dapat keluar dari kriteria sebagai saksi, hakim, dan pemerintah. Kewaraan minimal ini adalah kewaraan seseorang yang menjauhi diri dari barang haram secara lahiriah. (Al-Ghazali, 2018 M/1439 H-1440 H: I/32).
Tingkatan wara’ ini termasuk tingkatan yang paling dasar yang setiap Muslim harus mampu melakukannya, yakni menghindari setiap yang telah difatwakan haram oleh para ulama ahli fikih (fuqaha).
2 Tipe sikap wara’: Wara’us shalihin
Kewaraan orang-orang saleh ini adalah kewaraan orang yang menjauhi diri dari barang syubhat yang memiliki berbagai kemungkinan (kemungkinan haram, makruh, mubah). (Al-Ghazali, 2018 M/1439 H-1440 H: I/32).
Sikap wara’ orang salih (wara’us shalihin) adalah tipe wara’ yang tingkatannya lebih tinggi dari wara’ul adl. Diketahui bahwa kesalehan lebih tinggi tingkatannya dari ‘adil.
Oleh karena itu, para nabi senantiasa berdoa menjadi orang-orang salih. Sementara kesalihan sendiri memiliki tingkatan-tingkatan yang berbeda-beda juga.
Wara’ kaum shalihin adalah sikap menghindari perkara-perkara yang syubhat yaitu perkara yang difatwakan oleh para fuqaha secara zahir tidak haram namun memungkinkan juga perkara tersebut haram.
Orang dengan sikap wara’ ini akan memilih menghindari perkara yang memiliki ikhtilaf atau perbedaan pandangan ulama berkaitan dengan status hukum di dalamnya.
BACA JUGA: Inilah 5 Pondasi untuk Menemukan Tujuan Hidup yang Sejati menurut Al Ghazali
3 Tipe sikap wara’: Wara’ul muttaqin
Sikap wara’ orang bertakwa (wara’ kaum muttaqin) merupakan sikap seseorang untuk memilih meninggalkan mengerjakan suatu hal yang statusnya tidak haram dan tidak syubhat tetapi memiliki kekhawatiran akan bisa membuat dirinya terjerumus pada perkara yang haram bila mengerjakannya.
Contohnya, bermain kartu termasuk perbuatan yang tidak haram dan tidak syubhat. Namun, orang yang wara’ kaum muttaqin memilih menghindarinya lantaran khawatir menyenangi permainan tersebut dan membuatnya membuang-buang waktu sehingga dapat melalaikan dirinya dari beribadah.
4 Tipe sikap wara’: Wara’ul shiddiqin
Sikap wara’ kalangan shiddiq (wara’ kaum shiddiqin) adalah sikap memilih meninggalkan perkara kendati perkara tersebut tidak haram, tidak syubhat, dan jelas halalnya. Ia meninggalkan perkara tersebut sebab takut niat yang tidak baik atau salah. []
SUMBER: NU ONLINE