KECANGGIHAN teknologi kini mengubah gaya silaturahim islami. Saat ini teknologi menjadi ikon penting untuk mempermudah hubungan silaturahmi.
Namun bagaimana dengan kondisi tersebut seakan mengurangi minat seseorang untuk bersilaturahim fisik. Apakah kondisi ini akan mengurangi esensi silaturahmi? Atau mungkin saat ini memang kondisi untuk saatnya beralih ke dalam silaturahim baru?
Tawaran yang memberikan kemudahan bagi masyarakat merupakan ide yang sangat cemerlang dan efisien dalam mengakses komunikasi jarak dekat maupun jauh. Tentu saja hal ini menjadi keberkahan dalam bersilaturahim.
Bahkan saat ini munculnya sejenis e-mail, facebook, twitter, SMS dan aplikasi seperti zoom sejenisnya, yang secara tidak langsung mengurangi beban jarak dan biaya yang dikeluarkan.
Dalam etika pandangan islam, silaturahim adalah petemuan secara fisik antara satu orang dengan orang lain. Namun tidak hanya dimaknai khusus saja akan tetapi banyak definisi silaturahim dilakukan bisa dalam bentuk apapun.
Dalam hal ini, akses teknologi tidak lah mengurangi esensi silaturahim. Namun bila konteksnya permohonan maaf sepertinya kurang sesuai dengan etika islam, hanya saja komunikasi yang disampaikan hanya bernuansa mempererat dan menyambung tali persaudaraan.
Namun berbeda dengan pengaruh dari seseorang melakukan silaturahim langsung dan tidak langsung. Ketika bersilaturahim langsung otomatis seseorang akan hadir dengan keseluruhan pribadinya. Berbeda dengan yang disampaikan lewat SMS atau yang lainnya, dampaknya pesan yang kita sampaikan akan menjadi salah paham.
Realitasnya teknologi hanyalah menjadi pelengkap, wajar saja benda yang hanya mesin yang tidak mempunyai perasaan akan menimbulkan salah paham pada penggunanya.
Etika silaturahim sangat dipetingkan terlebih kita harus memperhatikan bagaimana cara kita bersilaturahmi di antaranya:
- Mengunjungi kerabat dekat secara kontinyu, melihat kondisi mereka dan membahagiakan mereka untuk mencari rihdo Allah.
- Bersilaturahmi dengan memberikan nasihat kepada kerabat, mengingatkan ketika lupa dan mengajak untuk beribadah kepada Allah.
- Bersilaturahmi dengan memberi sedekah kepada mereka yang fakir, berkata-kata dengan lemah lembut dan bersikap baik.
Sebagaimana perintah silaturahim dalam firman Allah SWT, QS. An-Nisa, “Wahai manusia kami ciptakan kamu semua dari jiwa yang satu. Kemudian kami sebarkan dengan itu keturunan laki-laki dan perempuan yang banyak dan dari dua benih itu kami sebarkan benih manusia yang banyak, karena itu berhati-hatilah dalam masalah silaturahim.”
Dalam penegasannya silaturahim menjadi suatu kepentingan yang berkaitan dengan aspek manusiawi yang pada hakikatnya manusia memang saling membutuhkan.
Yuk, dapatkan keberkahan lewat silaturhami. []
Sumber : Majalah Paras edisi 14 tahun 2004