Oleh: Siti Marwiyah
Anggota Komunitas Berkarya untuk Islam
SETIAP orang pasti punya kesibukan. Bekerja, sekolah atau mengurus rumah. Juga mengantar jemput anak sekolah atau les, berbisnis, bahkan berdakwah. Hingga tanpa disadari, kehidupan hanya berputar pada rutinitas semata.
Kapan terakhir mengunjungi orang tua? Sudah lama. Menjumpai saudara? Duh, lupa! Menelepon kerabat? Maaf, tidak sempat. Hingga akhirnya silaturahim menjadi urusan nomor sekian dalam agenda hidupnya.
Padahal Islam sangat menganjurkan umatnya untuk menyambungkan tali silaturahim. Dari Abu Ayyub Al Anshori, Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya tentang amalan yang dapat memasukkan ke dalam surga, lantas Rasul menjawab,
تَعْبُدُ اللَّهَ لاَ تُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا ، وَتُقِيمُ الصَّلاَةَ ، وَتُؤْتِى الزَّكَاةَ ، وَتَصِلُ الرَّحِمَ
“Sembahlah Allah, janganlah berbuat syirik pada-Nya, dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan jalinlah tali silaturahim (dengan orang tua dan kerabat).” (HR. Bukhari no. 5983)
BACA JUGA: Silaturahmi, Datangkan Keberkahan
Begitu pentingnya menjalin silaturahim. Rasul bahkan mengingatkan para sahabat akan beratnya dosa memutus silaturahim. Dari Abu Bakroh, Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا مِنْ ذَنْبٍ أَجْدَرُ أَنْ يُعَجِّلَ اللَّهُ تَعَالَى لِصَاحِبِهِ الْعُقُوبَةَ فِى الدُّنْيَا – مَعَ مَا يَدَّخِرُ لَهُ فِى الآخِرَةِ – مِثْلُ الْبَغْىِ وَقَطِيعَةِ الرَّحِمِ
“Tidak ada dosa yang lebih pantas untuk disegerakan balasannya bagi para pelakunya [di dunia ini] -berikut dosa yang disimpan untuknya [di akhirat]- daripada perbuatan melampaui batas (kezhaliman) dan memutus silaturahim (dengan orang tua dan kerabat).” (HR. Abu Daud no. 4902, Tirmidzi no. 2511, dan Ibnu Majah no. 4211, shahih)
Yang perlu diperhatikan adalah makna menyambung silaturahim. Ternyata penekanannya pada menyambungkan kembali silaturahim yang telah putus.
Abdullah bin ’Amr berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَيْسَ الْوَاصِلُ بِالْمُكَافِئِ ، وَلَكِنِ الْوَاصِلُ الَّذِى إِذَا قَطَعَتْ رَحِمُهُ وَصَلَهَا
”Seorang yang menyambung silaturahim bukanlah seorang yang membalas kebaikan seorang dengan kebaikan semisal. Akan tetapi seorang yang menyambung silaturahim adalah orang yang berusaha kembali menyambung silaturahim setelah sebelumnya diputuskan oleh pihak lain.” (HR. Bukhari no. 5991)
Memang tak mudah bagi seseorang untuk mendekat lebih dulu. Ini membutuhkan kerendahan hati dan kesabaran tingkat tinggi. Namun cukuplah motivasi ruhiyah menjadi pendorongnya. Orang lain mungkin mencemoohnya. Belum lagi gengsi mendera. Padahal pada hakikatnya, siapa yang menyambung silaturahim, berarti dia mengikatkan dirinya pada Allah.
BACA JUGA: Kenapa Harus Silaturahim? Karena…
Abdurrahman ibnu ‘Auf berkata bahwa dia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
قَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: أَنا الرَّحْمنُ، وَأَنا خَلَقْتُ الرَّحِمَ، وَاشْتَقَقْتُ لَهَا مِنِ اسْمِي، فَمَنْ وَصَلَهَا وَصَلْتُهُ، وَمَنْ قَطَعَهَا بتَتُّهُ
“Allah ’azza wa jalla berfirman: Aku adalah Ar Rahman. Aku menciptakan rahim dan Aku mengambilnya dari nama-Ku. Siapa yang menyambungnya, niscaya Aku akan menjaga haknya. Dan siapa yang memutusnya, niscaya Aku akan memutus dirinya.” (HR. Ahmad 1/194, shahih lighoirihi).
Dari Abu Hurairah, Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِى رِزْقِهِ ، وَأَنْ يُنْسَأَ لَهُ فِى أَثَرِهِ ، فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
“Siapa yang suka dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya hendaklah dia menyambung silaturahim.” (HR. Bukhari no. 5985 dan Muslim no. 2557)
Marilah kita jaga silaturahim dengan orangtua, keluarga dan saudara. Ikatkan kembali yang telah terurai. Dekatkan yang jauh. Agar persaudaraan tak hanya terjalin di dunia. Namun erat hingga ke surga-Nya. Allahu a’lam. []
Kirim RENUNGAN Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri.