SOSOK wanita yang memiliki peran penting dalam hidup ini ialah ibu. Ya, wanita yang satu ini amat sangat berpengaruh bagi kehidupan setiap insan. Mengapa? Di tangannyalah, kemajuan dalam suatu negeri itu terwujud. Namun, di tangannya pula, negeri ini akan hancur.
Ibu diberi kelebihan yang berbeda, yang tak bisa dilakukan oleh seorang ayah, yakni mengandung dan melahirkan. Ia begitu tangguh dan kuat. Bahkan, ketika seorang anak dalam kandungan pun, ia kuat untuk membawanya kemana-mana. Dan salah satu kehebatannya ialah ia tak pernah mengeluh, melainkan bahagia akan adanya anak di dalam perutnya.
Ketika anak tersebut terlahir ke dunia, ibu pun rela melakukan apa saja demi sang buah hati. Itulah sang ibu, sosok yang paling berarti bagi hidup kita. Hanya saja, kita tak pernah tahu bagaimana isi hatinya. Karena, terkadang ia selalu tertutup, tak mau berbicara yang sebenarnya mengenai apa yang ia rasakan. Ia selalu menampakkan wajah senang dan gembira, dan hampir tak pernah terlihat rasa kecewa, lelah atau pun putus asa. Entahlah, memang itulah yang menjadi hal paling luar biasa baginya. Lalu, bagaimana cara kita mengetahui isi hati ibu?
Pernahkah Anda mendengar ungkapan yang tak biasa dari ibu? Semacam sindiran bagi kita? Ya, sindiran itulah, secara tidak langsung merupakan cara ibu untuk mengungkapkan isi hatinya. Misalnya, ketika kita tidak membantunya untuk membersihkan rumah. Ibu mungkin tidak akan pernah menegur kita. Tapi, salah satu trik yang ia gunakan ialah dengan menyindir, seperti, “Haduh, ini kok berantakan sekali ya, jadi tambah kerjaan saja.”
Hal itulah yang biasanya sering dilakukan oleh sang ibu. Ia tak mau kita merasa bersalah atau pun sampai menganggu pikiran kita, hanya karena tidak mengikuti apa yang ia inginkan. Ketika ia sudah merasa lelah untuk mengerjakan tugasnya sendiri, dan kita pun masih saja asik dengan pekerjaan kita, ibu tak akan pernah menegur. Melainkan dengan suatu sindirian yang sangat halus, namun menjadi trik agar kita peka terhadap keadaannya.
Sebagai seorang anak, tentu menjadi sebuah kewajiban bagi kita untuk membantu kedua orang tua, terutama ibu. Sebagai seorang manusia, ibu pasti merasa lelah jika harus mengurus pekerjaan rumah seorang diri, apalagi ketika sudah lanjut usia. Ibu tak akan tega memerintah kita, apalagi ketika kita sedang asik dalam pekerjaan yang sedang digeluti. Namun, dalam hatinya, ia pun ingin diperhatikan oleh anaknya. Ya, setidaknya memperhatikan bagaimana kondisinya saat ini.
Oleh karena itu, janganlah kita terlalu asik dengan dunia kita sendiri. Perhatikan pula orang yang paling berharga bagi diri kita. Ialah sosok yang paling mulia, yang rela mempertaruhkan nyawanya hanya demi kita. Bayangkan jika ia telah tiada, masihkah kita dapat berbakti kepadanya? Maka dari itu, jangan lewatkan kesempatan yang masih Allah sediakan untuk kita. []