“Karena takdir itulah..
Setiap bagian dunia ini bertemu dengan pasangannya.”
PENGGALAN syair Jalaluddin Rummii ini dikutip Erich Fromm dalam The Art of Living. Seni kehidupan itu berpadunya dua insan yang berbeda untuk saling mencintai, juga saling menyayangi. Saling melengkapi dan menyempurnakan. Itulah cinta, gairah, dan energi keperkasaan.
Dengan bendera Swastika yang amat dipujanya, Adolf Hitler menjelma raksasa Eropa yang ganas, kejam, dan diktator. Melalui partai Nazi dan sokongan Hitler Youth, kekuatan militer Jerman yang dikomandani Hitler mengegerkan dunia. Bila ditelisik dengan apik, ternyata dibelakang Hitler ada Eva Braun yang sangat dicintainya.
Napoleon Bonaparte, Singa Eropa yang hampir tak pernah terkalahkan dalam setiap pertempuran. Masa kejayaannya adalah penguasaan seluruh daratan Eropa, dengan perang atau diplomasi.
BACA JUGA: Pahlawan Penghimpun Alquran
Beberapa daerah yang dikuasainya diserahkan pada orang kepercayaannya, seperti Belanda diserahkan pada adiknya Louis Napoleon, Spanyol diserahkan pada Joseph Napoleon, Italia direbut dari Austria dan Polandia, lalu diserahkan pada Joseph Poniatowski sebagai wali negara Polandia, terakhir Swedia diserahkan pada Jenderal Bernadotte. Ternyata dibelakang kejayaan Napoleon ada Josephine yang sangat disayanginya.
Apa maknanya?
Ternyata wanita bisa menjadi semangat, keberanian, dan kekuatan. Dibalik sikap lembutnya, ada gairah perjuangan, kemenangan, dan kejayaan yang menggerakan jiwa, pasukan, dan negara.
Menjelang perang Uhud, Hindun binti Utbah memimpin rombongan wanita untuk menyemangati pasukan Quraisy yang dikomandani suaminya, Abu Sufyan. Bersama para wanita itu Hindun bersyair.
“Kami adalah wanita-wanita jelita
Jika engkau maju kami peluk..
Kami hamparkan kasur yang empuk
Jika mundur..
Kita berpisah tanpa cinta.”
Ya, begitulah wanita. Menjadi pengobar semangat juang di medan laga. Para wanita Sparta menyemangati suaminya, “Pulanglah dengan membawa perisaimu atau dengan berada di atasnya.”
Ungkapan mesra ini biasanya dibisikan para istri pada telinga suaminya sebelum berangkat ke medan perang. Maksudnya pulanglah dengan selamat atau engkau mati di medan perang, karena perisai (Aspis atau Hoplon) biasa digunakan oleh para tentara untuk membawa atau menggotong mayat.
BACA JUGA: Kepahlawanan Rasulullah di Perang Hunain
Di balik sukses, jaya, dan hebatnya seorang lelaki, ada wanita yang luar biasa. Di balik kebesaran nama Buya Hamka ada Siti Raham, di balik Kiayi Agus Salim ada Zaitun Nahar, di balik Mohammad Hatta ada Rahmi Rahim, di balik Bung Tomo ada Sulistina, dan di balik Dr. Soedjatmoko Mangoendiningrat ada Ratmini Soejatmoko.
Di balik ulama besar Ibnu Hajar Al-Asqalani ada Uns binti Abdul Karim yang mendampinginya dengan cinta, sabar, dan penuh kasih sayang. Di sisi Muhammad SAW ada Khadijah Al-Kubra yang luar biasa, meneduhkan, meneguhkan, menguatkan, dan mengokohkan perjuangan.
Para pahlawan adalah manusia biasa, punya kekurangan dan kelebihan, punya ketakutan dan keberanian, juga punya rasa yang dikelolanya bersama istri tercinta. []