Oleh: NS Risno
Tengah malam. Baru saja aku baringkan tubuh dan pejamkan mata, mendadak hpku bergetar. Sebuah pesan sms masuk,”Bu dhe meninggal mas .” Malam semakin sepi.
Bukan kematian itu yang aku cemaskan. Bukan. Kematian adalah sebuah keniscayaan. Ia laksana pintu yang setiap orang pasti akan melewati. Secemas apapun, kematian tidak akan mungkin bisa dihindari.
Tetapi datangnya kematian, bukanlah akhir segalanya. Setelah jasad ditimbun tanah, tidaklah berakhir segala masalah. Justru datangnya kematian adalah awal datangnya berbagai masalah.
Ada masa penantian, hingga datangnya kiamat kubro. Ada masa kebangkitan setelah datangnya hari kiamat, ada masa dimana semua manusia sejak Adam hingga manusia tetakhir dikumpulkan. Ada tempat yang namanya surga dan neraka, dan diri ini yang akan menjadi calon penghuninya.
Bagaimana nasib diri ini di masa masa itu? Dua tempat itu yang manakah yang akan menjadi tempat diri ini? Surga ataukah neraka? Itulah yang aku cemaskan, dan khawatirkan.
Dunia ini sering menipuku. Aku kerap dibuat kesengsem olehnya. Hingga lupa pada kematian. Lupa pada bekal yang harus dipersiapkan.
Ooh.., kalau malam ini aku yang dikabari keluargaku bahwa kerabatku ada yang meninggal dunia. Suatu saat nanti, entah kapan akulah yang akan dikabarkan oleh keluargaku bahwa aku telah meninggal dunia. []
Magetan, 4 Oktober 2017