ISTANBUL—Dalam pertemuan luar biasa Organisasi Kerjasama Islam (OKI) di Istanbul, menteri-menteri luar negeri dari negara-negara Islam memperingatkan Israel untuk tidak mengubah status quo di Yerusalem Timur, Selasa (1/8/2017).
“Langkah-langkah Israel seperti itu di masa depan tidak bisa diterima dan ilegal, itu harus dilawan oleh organisasi,” demikian peringatan para menteri luar negeri negara anggota OKI dalam komunike final mereka yang dikutip kantor berita Xinhua.
Para menteri, yang menghadiri pertemuan luar biasa satu-hari Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) di Istanbul, merujuk pada apa yang mereka sebut “upaya terencana” Israel baru-baru ini untuk “mengubah status quo bersejarah” di Yerusalem Timur, termasuk pemasangan pendeteksi logam dan kamera pengawas di sana.
Para menteri OKI “dengan keras” mengutuk larangan orang Kristen dan Muslim Palestina beribadah di tempat suci di Jerusalem Timur dalam “tindakan penghukuman kolektif”.
Sebelumnya Menteri Luar Negeri Palestina Riad Al-Maliki menyerukan kerja sama lebih lanjut di kalangan masyarakat internasional dan negara Islam, dan menyatakan pendudukan Israel telah berlangsung selama 50 tahun di Yerusalem Timur.
“Israel takkan menerima kekalahan itu,” kata Al-Maliki dalam konferensi pers bersama dengan timpalannya dari Turki Mevlut Cagusoglu dan Sekretaris Jenderal OKI Jousef bin Ahmed Al-Othaimeen.
“Kita harus memperlihatkan kepada Israel bahwa kerja sama kita sangat berurat-berakar dan langgeng.”
Cavusoglu mendesak masyarakat internasional melakukan tindakan yang perlu guna mencapai perdamaian yang menyeluruh dan langgeng antara Israel dan Palestina dengan landasan penyelesaian dua-negara.
Sementara itu Al-Othaimeen menyerukan pengerahan organisasi masyarakat sipil untuk menyampaikan bantuan mereka bagi rakyat Palestina di Yerusalem.
OKI, yang terdiri atas 57 negara di empat benua, adalah organisasi terbesar kedua antar-pemerintah setelah PBB. []