AISYAH merupakan istri Nabi Muhammad SAW yang paling dicintai, istri yang cerdas juga istri yang senantiasa mendapatkan perlakuan istimewa. Namun tak banyak diketahui bahwa Aisyah hampir diceraikan oleh Rasulullah. Lantas apa yang menyebabkan Rasulullah bertindak sejauh itu?
Diriwayatkan Aisyah ra. Ia berkata, “Rasulullah saat hendak melakukan perjalanan, beliau selalu mengundi istri-istri beliau. Siapa yang namanya keluar, dialah yang akan diajak Rasulullah pergi.” Aisyah meneruskan “Beliau mengundi kami dalam salah satu peperangan beliau, lalu undianku keluar. Aku pergi bersama Rasulullah setelah ayat hijab turun. Aku dibawa di atas sekedup yang aku tempati. Seusai Rasulullah menyelesaikan peperangan, beliau pulang hingga kami mendekati Madinah. Pada malam harinya, beliau mengumumkan untuk meneruskan perjalanan. Aku kemudian berjalan hingga terpisah dari rombongan pasukan. Setelah buang hajat, aku kembali, lalu aku meraba leherku, ternyata kalung Marjanku hilang. Aku kembali untuk mencari kalung itu, aku mencarinya cukup lama…”
Kejadian itu membuat Aisyah tertinggal dari rombongannya. Kalung tersebut baru ditemukan setelah rombongannya berlalu. Namun Aisyah tidak mengejar rombongannya melainkan pergi ke tempat peristirahatan sebelumnya dan berharap rombongannya kembali untuk mencarinya. Namun dalam penantian tersebut Aisyah merasa kantuk menyerang lalu tertidur.
Shafwan bin Mu’athal, adalah laki-laki dari rombongannya yang paling terakhir, dia menemukan Aisyah yang tengah tertidur.
Aisyah terbangun setelah mendengar ucapan istirja Shafwan. Shafwan turun dari untanya lantas mempersilahkan Aisyah menaiki untanya. Shafwan lalu berjalan sembari menuntun unta yang dinaiki oleh Aisyah.
Dalam perjalanan, mereka bertemu dengan pasukan yang tengah beristirahat di Nahruz Zhahirah. Saat itulah banyak diantara mereka yang binasa karena menyebarkan berita dusta mengenai Aisyah dan Shafwan.
Sesampainya di Madinah Aisyah sakit selama satu bulan dan selama satu bulan itu Aisyah merasa sikap Rasulullah berbeda dari biasanya. Namun Aisyah tidak menyadari akan berita dusta yang telah menyebar tentang dirinya di tengah-tengah Masyarakat.
Bahkan Aisyah merasakan lebih sakit lagi ketika Rasulullah datang ke rumahnya hanya mengucap salam serta menanyakan kondisinya saja. Lantas setelah itu Rasulullah pergi.
Suatu ketika Aisyah mengetahui berita dusta tersebut dia meminta izin kepada Rasulullah untuk menemui kedua orang tuanya dan Rasulullah mengizinkan.
Wahyu tak kunjung turun mengenai peristiwa ini. Rasulullah kemudian memanggil Ali bin Abi Thalib dan Usamah bin Zaid untuk meminta pendapat keduanya terkait niat untuk menceraikan Aisyah.
Usamah mengatakan, “Kami hanya mengetahui yang baik-baik dari keluargamu.”
Sementara Ali berkata, “Wahai Rasulullah Allah tidak mempersulitmu masih banyak wanita selain dia. Tanyakan pada budak wanita itu (Barirah), dia pasti berkata jujur kepadamu.”
Kemudian Rasulullah memanggil Barirah dan bertanya, “Apa kau melihat sesuatu yang membuatmu curiga?”
Barirah menjawab, “Demi Allah aku hanya melihat yang baik-baik pada diri Aisyah.”
Suatu hari Rasulullah datang menemui Aisyah dan duduk di samping Aisyah, padahal semenjak berita dusta itu tersebar beliau tidak pernah duduk berdampingan dengan Aisyah. Rasulullah mengucap dua kalimat syahadat lalu mengatakan, “Wahai Aisyah! Aku dengar berita tentang dirimu. Jika engkau terbebas dari tuduhan itu, maka Allah akan membebaskanmu, dan jika engkau melakukan suatu dosa maka mohon ampunlah dan bertaubatlah kepada Allah.”
Setelah pertemuan tersebut turunlah wahyu Allah, lantas Rasulullah langsung menemui Aisyah dan berkata, “Wahai Aisyah! Allah telah membebaskanmu dari tuduhan itu, ibuku datang kepadaku, ‘Bangunlah dan hampirilah dia’.
“Aku berkata, ‘Demi Allah aku tidak mau menghampirinya, aku tidak memuji siapa pun selain Allah.’
“Allah menurunkan wahyu, dan membebaskanmu dari tuduhan itu, ‘Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu (juga). Janganlah kamu mengira berita buruk itu buruk bagi kamu bahkan itu baik bagi kamu…” (QS. An-Nur: 11)
Rasulullah tidak bertanya mengenai berita dusta tersebut kepada Aisyah bukan karena Rasulullah tidak percaya kepada Aisyah tapi karena semua ini termasuk bagian dari hikmah nyata di mana Allah menjadikan peristiwa ini sebagai penyebab hikmah tersebut.[]