KERASUKAN adalah fenomena yang sering dikaitkan dengan hal-hal mistis atau supranatural di berbagai budaya. Orang yang mengalami kerasukan biasanya menunjukkan perilaku tidak biasa, seperti berteriak, berbicara dengan suara berbeda, kehilangan kesadaran, atau bahkan memiliki kekuatan fisik di luar kebiasaan. Namun, bagaimana dunia medis menjelaskan fenomena ini?
Kerasukan dalam Perspektif Medis
Dalam dunia medis, fenomena yang sering dianggap sebagai kerasukan sebenarnya bisa dijelaskan melalui beberapa kondisi kesehatan, baik dari sisi psikologi maupun neurologi. Beberapa kondisi yang sering dikaitkan dengan gejala kerasukan meliputi:
1. Gangguan Dissociative Trance (Trance and Possession Disorder)
Gangguan ini termasuk dalam kategori Dissociative Disorders dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5). Penderitanya mengalami kondisi di mana kesadaran, identitas, atau ingatan terganggu secara tiba-tiba.
BACA JUGA:Â Adakah Binatang yang Bisa Melihat Hantu atau Jin?
Gejala yang mirip dengan kerasukan:
- Perubahan kepribadian secara drastis
- Merasa dikendalikan oleh “entitas lain”
- Tidak menyadari apa yang terjadi saat episode berlangsung
2. Epilepsi Lobus Temporal
Epilepsi, terutama yang terjadi di lobus temporal otak, bisa menyebabkan gejala seperti halusinasi suara, perubahan kesadaran, atau gerakan tubuh yang tidak terkontrol.
Gejala yang mirip dengan kerasukan:
- Kejang mendadak
- Mengeluarkan suara aneh atau menggumam
- Perasaan déjà vu atau halusinasi visual dan pendengaran
3. Skizofrenia dan Gangguan Psikotik Lainnya
Skizofrenia adalah gangguan mental yang menyebabkan delusi, halusinasi, serta gangguan dalam berpikir dan berperilaku. Orang dengan skizofrenia bisa mendengar suara yang tidak ada atau merasa dikendalikan oleh kekuatan luar.
Gejala yang mirip dengan kerasukan:
- Mendengar suara yang tidak ada (auditory hallucination)
- Berbicara atau bertindak aneh
- Merasa ada sosok lain yang mengendalikan tubuhnya
4. Gangguan Konversi (Conversion Disorder)
Gangguan konversi terjadi ketika seseorang mengalami gejala fisik seperti kejang, kelumpuhan, atau kehilangan kesadaran yang tidak bisa dijelaskan secara medis. Kondisi ini sering muncul akibat tekanan psikologis yang ekstrem.
Gejala yang mirip dengan kerasukan:
- Kejang mendadak tanpa penyebab fisik yang jelas
- Hilang kesadaran tetapi tetap menunjukkan respons tertentu
- Perubahan suara atau ekspresi wajah yang tidak biasa
5. Histeria Massal (Mass Psychogenic Illness)
Dalam beberapa kasus, kerasukan terjadi secara berkelompok, terutama di komunitas dengan kepercayaan kuat terhadap dunia supranatural. Fenomena ini dikenal sebagai mass psychogenic illness atau histeria massal, di mana sekelompok orang mengalami gejala yang sama karena pengaruh psikologis.
Gejala yang mirip dengan kerasukan:
- Sekelompok orang mengalami kejang atau berteriak bersamaan
- Gejala muncul setelah seseorang “tertular” dari orang lain
- Tidak ditemukan penyebab medis yang jelas
Bagaimana Cara Mengatasi Fenomena Kerasukan?
Jika seseorang mengalami gejala yang mirip dengan kerasukan, langkah-langkah berikut bisa dilakukan:
Evaluasi Medis dan Psikologis
- Konsultasikan dengan dokter atau psikiater untuk memastikan apakah ada gangguan medis atau psikologis yang mendasari.
Pendekatan Psikoterapi
- Terapi kognitif dan hipnoterapi sering digunakan untuk mengatasi gangguan dissosiatif dan trauma psikologis.
Manajemen Stres dan Kesehatan Mental
- Mengelola stres, kecemasan, dan trauma dapat mencegah kondisi seperti gangguan konversi atau histeria massal.
Pemberian Obat Jika Diperlukan
- Dalam kasus skizofrenia atau epilepsi, pengobatan dengan obat tertentu bisa membantu mengontrol gejala.
BACA JUGA:Â Rajin Shalat tapi Dikumpulkan bersama Orang yang Tidak Shalat, Siapa Dia?
Fenomena kerasukan yang sering dikaitkan dengan dunia gaib ternyata memiliki penjelasan ilmiah dalam dunia medis. Berbagai gangguan psikologis dan neurologis bisa menyebabkan gejala yang mirip dengan kerasukan. Oleh karena itu, pendekatan medis dan psikologis sangat penting dalam menangani kasus-kasus ini agar penderita mendapatkan penanganan yang tepat.
Dengan pemahaman yang lebih baik, kita bisa melihat fenomena kerasukan tidak hanya dari sisi mistis, tetapi juga dari perspektif kesehatan yang lebih rasional. []