YERUSALEM—Keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang akan meresmikan pembukaan kedutaan besar Amerika Serikat di Yerusalem, Senin (14/5), mendapat kecaman internasional.
Bruce Riedel, mantan pejabat intelijen AS, CIA, yang kini memimpin Proyek Intelijen di Institusi Brookings, menilai, dengan peningkatan ketegangan antara Iran dan Israel di Suriah, Trump kini sedang ‘melempar gas berisi minyak ke dalam api’ dengan memindahkan kedutaan dari Tel Aviv ke Yerusalem.
“Ini sangat berbahaya,” kata Riedel.
Sebaliknya, Duta Besar AS untuk Israel David Friedman yakni bahwa langkah pemindahan kedutaan itu bakal membawa stabilitas di kawasan.
“Dalam jangka panjang, kami yakin keputusan inimenciptakan kesempatan dan platform bagi proses perdamaian berdasarkan realitas ketimbang fantasi. Kami optimistis bahwa keputusan ini akhirnya akan menciptakan stabilitas ketimbang sebaliknya,” kata Friedman.
Kementerian Luar Negeri AS menyatakan pembukaan kedutaan dilakukan bertepatan dengan 70 tahun peringatan pengakuan Amerika atas Israel sebagai sebuah negara.
Hari berdirinya Israel, yang diperingati Palestina sebagai Hari Bencana atau Nakba, yaitu hari ketika ratusan warga Palestina terpaksa mengungsi meninggalkan rumah-rumah mereka saat dimulainya penjajahan Israel tahun 1948.
Trump Sendiri sudah sepekan lalu memastikan diri tidak akan hadir untuk meresmikan kedutaan AS di Yerusalem tersebut. Dia menunjuk sebuah delegasi kepresidenan. Rombongan itu dipimpin Wakil Menteri Luar Negeri John Sullivan.
Dalam rombongan tersebut, trurut serta putri Trump, Ivanka bersama suaminya, penasihat Gedung Putih Jared Kushner, serta Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin. []
SUMBER: CNN