GAZA—Ratusan warga Palestina di Kota Bei Hanoun, timur laut Jalur Gaza menggelar protes menentang keputusan Amerika Serikat yang secara permanen menghentikan sumbangan dana bagi UNRWA, organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Pengungsi Palestina.
Ratusan warga tersebut memasang tenda protes di dekat Erez, satu-satunya jalur penyebrangan antara Israel-Palestina, pada Selasa (4/9/2018). Para pedemo turut membawa papan dan poster bertuliskan “Bersama Lindungi Hak-Hak Pengungsi.”
“Trump ingin membuat kami kelaparan!” kata Inshirah Abu Aamsha, seorang warga di Beit Hanoun.
Dia juga menjelaskan bahwa keputusan Trump telah memperburuk kondisi di Gaza.
“Di sini, di Gaza, situasi kami berbeda dengan warga Palestina lainnya di Yordania dan Libanon, karena kami hidup di bawah kepungan. Keadaan ini membuat tidak mungkin untuk hidup di sini.”
Sementara itu, seorang pedemo lainnya, Sahar al-Mudiq, menyayangkan keputusan Presiden Donald Trump untuk menghentikan dana sumbangan ke UNRWA. Perempuan yang tinggal di kamp pengungsian di Jabalia itu mengatakan Trump hanya ingin membuat warga Palestina menyerah pada keadaan.
“Mereka (AS) ingin membuat kami menyerah, tapi kami akan terus berdemo dan membuat tekanan,” kata Mudiq.
“Banyak pengungsi Palestina tidak bisa mencari pekerjaan, atau dibayar dengan upah kecil. Bagaimana kami bisa menyekolahkan anak-anak tanpa bantuan UNRWA?” ucap Ziad Shtewi (63), pengungsi Palestina di Libanon.
Shtewi memiliki dua anak yang bersekolah di lembaga pendidikan yang dibina UNRWA.
“Anak-anak ini akan berada di jalanan. Mereka akan menjadi generasi yang tidak berpendidikan dan ini akan menjadi kehidupan yang sangat buruk. Pendidikan sangat kritis bagi masa depan mereka.”
Sejauh ini UNRWA mengoperasikan sebanyak 66 sekolah di seluruh Libanon. Negara itu telah menampung lebih dari setengah juta pengungsi Palestina yang sebagian besar merupakan korban perang 1948.
UNRWA sendiri dibentuk pada 1949 untuk menangani gelombang pengungsi Palestina menyusul pecahnya perang dengan Israel pada 1948. Sejauh ini, organisasi itu menangani setidaknya 5,3 juta pengungsi Palestina yang tersebar di Yordania, Libanon, Suriah, Tepi Barat, dan Jalur Gaza.
Selama ini, UNRWA memastikan jutaan pengungsi tersebut, mendapat akses pendidikan, kesehatan, serta penampungan yang layak. Sebagian besar pengungsi merupakan anak-anak dan perempuan.
AS dan Uni Eropa merupakan pendonor terbesar UNRWA. Kontribusi keduanya mewakili 41 persen dana sumbangan yang selama ini diterima UNRWA. Namun, AS baru-baru ini mengumumkan bahwa pihaknya berhenti mendanai organisasi yang berada di bawah naungan PBB tersebut.
Dihentikannya donasi AS terancam membuat UNRWA kekurangan dana. UNRWA bahkan menyebut pihaknya telah kekurangan lebih dari US$200 juta setelah Gedung Putih memangkas dana bantuannya pada awal tahun ini. Namun, organisasi ini menegaskan akan tetap beroperasi untuk melayani pengungsi Palestina. []
SUMBER: MIDDLE EAST MONITOR | REUTERS