REZEKI merupakan salah satu karunia Allah yang senantiasa dicari oleh semua orang. Islam mengajarkan bahwa rezeki bukan hanya sekedar harta yang bersifat material atau finansial, melainkan semua nikmat yang Allah berikan.
Dikutip dari Sindonews, Pengasuh Ponpes Ash-Shidqu Kuningan Jawa Barat, Al-Habib Quraisy Baharun, mengatakan bahwa rezeki walaupun sedikit yang penting berkah. Rezeki walaupun sedikit yang penting halal. Rezeki walaupun sedikit yang penting bisa membuat kita semakin dekat kepada Allah.
Sayangnya, saat ini banyak orang yang melupakan hal itu. Padahal, Nabi SAW pernah bersabda:
يَأْتِي عَلىَ النَّاسِ زَمَانٌ لاَ يُبَالِي الْمَرْءُ مَا أَخَذَ أَمِنَ الْحَلَالِ أَمْ مِنَ الْحَرَامِ
“Akan datang kepada manusia suatu zaman di mana seseorang tidak peduli apa yang dia ambil, apakah dari hasil yang halal atau yang haram.” (HR. Al-Bukhari dan An-Nasa’i)
BACA JUGA: 4 Cara Allah Berikan Rezeki kepada Manusia
Terkait rezeki, Rasulullah SAW merupakan teladan paling utama. Sebagai muslim, kita juga bisa mengambil hikmah dari peri kehidupan Nabi dan para sahabatnya dalam menyikapi soal rezeki. Selain itu, kita juga bisa mengambil pelajaran dari sikap para tabiin dan ulama.
Ulama terdahulu (para Salafus Shalih) adalah generasi terbaik setelah Nabi, yaitu para sahabat, tabi’in dan tabi’ut tabi’in. Bahkan para istri salafus shalih pun memberikan contoh yang baik dalam menyikapi rezeki. Mereka selalu mengingatkan suaminya untuk tidak mencari rezeki yang haram.
Bagi mereka, suapan yang haram tak lain kecuali akan menyebabkan pemakannya terhalangi dari surga sebagaiman diriwayatkan dari Abu Bakr Ash-Shiddiq, Nabi SAW bersabda:
لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ جَسَدٌ غُذِيَ بِحَرَامٍ
“Tidak akan masuk ke dalam surga sebuah jasad yang diberi makan dengan yang haram.” ( HR. Abu Ya’la, Al-Bazzar, Ath-Thabrani). (Baca Juga: 8 Sumber Rezeki Menurut Al-Qur’an)
BACA JUGA: Ingin Rezeki Dilapangkan, Begini (1)
Oleh karenanya, istri para Salafus Shalih apabila suaminya keluar dari rumahnya, mereka berpesan:
إِيَّاكَ وَكَسْبَ الْحَرَامِ، فَإِنَّا نَصْبِرُ عَلَى الْجُوْعِ وَلاَ نَصْبِرُ عَلىَ النَّارِ
“Jauhi olehmu penghasilan yang haram, karena kami mampu bersabar atas rasa lapar tapi kami tak mampu bersabar atas neraka.”
Rezeki bukan karena banyak atau sedikitnya, tapi bagaimana karunia rezeki itu adalah karena keridho’an Allah bukan Istidraj/kelanjuran Allah karena benci sebab maksiat kita. []
SUMBER: SINDONEWS