Oleh: Fata Vidari
Pendidik dan Pemerhati Keluarga
sarabilanurida@gmail.com
SUNGGUH mengejutkan ketika melihat fakta dunia Barat saat ini yang dianggap kiblat kemajuan teknologi, sains, budaya bahkan ekonomi mengalami ancaman kemunduran. Ketakutan akibat lost generation di Barat memang bukan isapan jempol belaka.
Amerika Serikat (AS) yang merupakan negara maju dengan tingkat perekonomian tinggi saja ternyata mengalami penurunan angka kelahiran yang sangat drastis sejak 2014. Dan di tahun 2017 menjadi tahun dengan penurunan terbesar sejak 30 tahun terakhir (voaindonesia.com tanggal 20/05/2018).
BACA JUGA:Â Meski Kecil, 5 Negara Ini Berpenduduk Mayoritas Muslim
Menurut para peneliti salah satu faktornya adalah perubahan perilaku naluri keibuan di kalangan para perempuan. Mereka cenderung enggan untuk mempunyai anak karena tuntutan eksistensi yang tinggi di dunia publik baik motif ekonomi maupun gaya hidup.
Tidak hanya AS, Cina juga mengalami permasalahan ancaman populasi. Sejak 2014 badan statistik Cina mencatat jumlah generasi lansia lebih banyak dibandingkan usia produktif. Negara khawatir anggaran akan defisit karena beban ongkos kesehatan dan jaminan sosial melonjak.
Rusia, Jerman, Rumania, Australia bahkan negara-negara di Asia seperti Hongkong, Korea, Singapura mengalami permasalahan yang sama yaitu penurunan angka kelahiran. Bahkan PBB memprediksi akan ada peningkatan penduduk berusia senja di dunia sampai dua kali lipat hingga 2050 dan jumlahnya jauh melampaui usia produktif. Maka saat ini negara-negara Barat melakukan langkah anti depopulasi untuk menaikkan jumlah angka kelahiran pada warganya.
Kebijakan anti depopulasi di Rusia misalnya memberikan hadiah mobil untuk kelahiran di hari kemerdekaan. Di Singapura dan Hongkong pemerintah memberikan uang tunai puluhan juta untuk kelahiran anak kedua dan seterusnya bahkan semakin besar.
Di Rumania lebih ‘keras lagi kebijakan pemerintahnya yaitu dengan membebani pajak yang tinggi bagi warganya yang tidak mau punya anak dan sedikit anak. Dan masih banyak langkah yang dilakukan di negara yang lain seperti pemberian cuti kelahiran yang panjang untuk pegawai juga penetapan family day setiap bulannya.
Ancaman populasi Dunia ini memang tidak terlepas dari pergeseran cara berfikir yang mulai berkembang bahkan diopinikan di negara-negara Barat utamanya tentang kebebasan. Individu diberikan hak yang sebebas-bebasnya dalam ekonomi, berperilaku, juga berkeyakinan.
Materi dan keuntungan menjadi landasan berpikir dan mengesampingkan aturan agama. Bagi mereka urusan dunia dan agama itu terpisah. Bahkan ketika seseorang mengikuti aturan agama dalam kehidupannya mereka anggap sebagai pengekangan bahkan kemunduran. Termasuk maraknya pemikiran feminisme di Barat yang memperjuangkan kesetaraan karena menganggap perempuan berada di strata nomor dua dibawah laki-laki.
Para feminis menganggap agama menjadi pemicu ketidaksetaraan. Pernikahan dan peran keibuan yang diatur dalam agama dianggap sebagai bentuk penindasan. Pemikiran ‘nyleneh’ ini mereka perjuangkan sampai tataran sistem sehingga setali tiga uang dengan konsep materialis maka negara-negara Barat pun menyambut ide mereka. Bahkan lewat organisasi Dunia diopinikan bahwa saatnya perempuan menunjukkan eksistensinya di ruang publik sebagaimana laki-laki.
Karena jumlah penduduk perempuan yang besar punya potensi ekonomi yang bisa memajukan suatu negara dibandingkan dengan dia hanya mengurusi urusan domestik saja yang justru membebani negara. Inilah logika sesat mereka.
Maka kita dapati gelombang partisipasi perempuan di ruang publik semakin menguat di Barat yang menyebabkan keengganan mereka melaksanakan peran keibuan. BBC menyebutkan hasil survey dalam satu dekade terakhir di 49 negara lebih banyak perempuan dibanding pria yang masuk lapangan kerja. Sementara dalam dunia politik secara global 26% lebih banyak perempuan di parlemen dan 50% lebih banyak perempuan menjadi menteri dibanding 10 tahun lalu. Perubahan ini menyebar dalam ekonomi dan budaya.
BACA JUGA:Â Ketika Toleransi Islam Diakui Barat
Inilah pangkal permasalahan sosial yaitu menurunnya populasi manusia yang mengancam negara-negara Barat. Mereka mulai menyadari bahwa kebijakannya telah memicu permasalahan besar di masa depan. Akan tetapi juga tidak ingin kehilangan potensi ekonomi termasuk perempuan sebagai komoditas sehingga mereka tetap berusaha menyebarkan ide itu ke negara-negara ‘jajahan’ nya.
Maka sungguh nyata kebodohan kita jika di negeri tercinta ini kita mengagungkan ide kebebasan Barat. Saatnya kita kembali pada jati diri bangsa dan aturan yang sudah ditetapkan sang pencipta dengan begitu lengkap dan mampu mengakomodir seluruh umat manusia, dialah Islam.
Islam menempatkan perempuan pada posisi yang mulia, dan tidak dinomorduakan seperti anggapan para feminis. Dari sisi spiritual kedudukan laki-laki dan perempuan sama hak dan tanggung jawabnya sebagai makhluk ciptaan Allah yang dibebani hukum syara dan harus taat pada aturan sang pencipta. Dari sisi sosial perempuan ditempatkan sesuai kodratnya yaitu tugas sebagai istri dan seorang ibu yang berperan di sektor domestik untuk mendidik generasi pembangun peradaban.
Dari segi ekonomi tidak ada larangan bagi perempuan mengambil keuntungan dari keahlian maupun profesi mereka selama tidak menjatuhkan pada kemaksiatan dan melalaikan tanggung jawab utamanya sebagai ibu, pengatur rumah tangga dan pendidik generasi.
BACA JUGA:Â Berapa banyak Orang Palestina di Seluruh Dunia?
Dalam kepemilikan juga islam memberikan hak atas mahar, juga hak waris bagi perempuan meski setengah dari porsi laki-laki, karena tanggung jawab pemberian nafkah ada pada laki-laki. Dari segi politik perempuan juga mempunyai hak memberi masukan pada penguasa menjadi anggota majlis umat (dalam sistem islam).
Oleh karena itu, jika saat ini ramai dengan opini pemberdayaan perempuan, maka janganlah kita terjebak dengan konsep yang ditawarkan oleh negara Barat melalui lembaga-lembaga dunianya yang memandang perempuan harus berpotensi ekonomi dan menghasilkan uang.
Karena sejatinya pemberdayaan perempuan adalah peran utama dia sebagai istri dan ibu pendidik yang akan menyiapkan generasi cemerlang pembangun peradaban di masa yang akan datang. []
OPINI ini adalah kiriman pembaca Islampos. Kirim OPINI Anda lewat imel ke: redaksi@islampos.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi dari OPINI di luar tanggung jawab redaksi Islampos.