HARIS Simamora, tersangka pembunuhan ini tega menghabisi satu keluarga di Bekasi yang merupakan kerabatnya sendiri. Korban adalah Daperum Nainggolan dan istrinya, Maya Ambarita serta kedua anak mereka, Sarah dan Arya.
Sosiolog kriminalitas UGM Suprapto mengemukakan sejumlah analisisnya mengenai kasu pembunuhan oleh kerabat sendiri. Suprapto mengawali pandangannya tentang kondisi kejiwaan Haris.
“Kalau benar bahwa motifnya itu dendam memang sangat mungkin ketika seseorang itu merasa dihina, diperlakukan dengan tindakan-tindakan yang tidak menyenangkan membuat dia ingin membalas dendam. Tetapi itu sebenarnya terjadi ketika seseorang itu tidak memiliki kondisi kejiwaan yang baik, dalam arti harusnya kan kalau orang dilihat emotional quotient atau dari kecerdasan emosi itu dia mampu memahami dirinya, mampu mengendalikan dirinya, mampu memahami orang lain dan mampu mengendalikan orang lain. Ada empat tahap,” ujar Suprapto, Jumat (16/11/2010) malam.
BACA JUGA: Alasan Haris Simamora Bunuh Dua Anak Diperum Nainggolan
Menurut Suprapto, Haris belum mempunyai kemampuan mengendalikan diri secara baik sehingga tak dewasa dalam menerima kritik.
“Kelihatannya dia belum memiliki kedewasaan emosional yang baik sehingga ketika dia dihina, mungkin saja hinaan itu tujuan untuk mencambuk agar dia menjadi lebih baik tetapi yang dia tangkapi, mungkin salah sehingga yang ada dendam, artinya bahwa dia tidak termasuk tahan kritik yang kemudian melakukan tindakan yang tidak dipikirkan dampaknya ke depan,” tuturnya.
Suprapto menambahkan, faktor usia bisa menjadi salah satu penyebab Haris tidak dewasa dalam menyikapi sebuah masalah. Selain itu, Haris juga sering menerima perlakuan yang kurang baik dari korban.
“Akan menjadikan dia sensitif apalagi tadi dengan istilah baper (bawa perasaan, -red) akan mudah menjadi baper karena dia merasa pekerjaan tidak menentu, pendapatannya tidak menentu, dihina lagi,” imbuh dia.
Ketika menasihati Haris, sambung Suprapto, Keluarga Daperum seharusnya bisa menggunakan kata-kata yang lebih sejuk. Pola komunikasi yang kurang baik dan kondisi kedewasaan Haris itu seolah menjadi titik temu yang menyebabkan aksi pembunuhan.
“Jadi kalau saya menangkap bahwa cara yang dilakukan oleh korban itu mungkin tidak dapat, artinya harusnya tidak dalam bentuk penghinaan apalagi mengatakan tidak berguna, harusnya bisa memilih kata-kata yang lebih sejuk didengar oleh seseorang apalagi jika misalnya si pelaku ini memliki kondisi sosial ekonomi yang di bawah,” paparnya.
Suprapto juga menyebut Haris merencanakan pembunuhan itu secara matang. Haris disebut memilih waktu yang tepat untuk melancarkan aksinya setelah dia mempelajari kebiasaan dari korban.
Lebih jauh, Suprapto juga menyoroti soal alasan Haris tega menghabisi nyawa kedua keponakannya. Menurut Suprapto, Haris sudah kehilangan akal sehatnya karena rasa sakit yang terakumulasi.
BACA JUGA: Cara Sadis Haris Simamora Bunuh Dua Anak Daperum Nainggolan
Selain itu, Haris juga mempertimbangkan aspek keselamatan dirinya saat kabur usai aksi pembunuhan. Jika kedua keponakannya itu tak dihabisi maka pengungkapan kasus pembunuhan itu akan semakin mudah.
“Karena ada saksi apalagi jelas dia sehingga tidak ada pilihan yang lain (untuk membunuh dua ponakan),” ujarnya.
Haris Simamora sebelumnya ditangkap di kaki Gunung Guntur, Garut, pada Rabu (14/11). Penangkapan bermula dari pelacakan lewat penemuan mobil Daperum, Nissan X-Trail berwarna silver dengan nopol B-1075-UOG, di rumah kos di Cikarang.
Haris mengaku menggunakan linggis saat membunuh satu keluarga di Bekasi. Haris kini telah ditetapkan menjadi tersangka dan terancam hukuman mati. []
SUMBER: DETIK