BELIAU adalah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal Asy-Syaibani. Terkenal dengan sebutan Imam Ahmad atau di Indonesia mayoritas menyebutnya Imam Hambali. Terlahir di Kota Baghdad pada Rabi’ul Awal tahun 164 H (780 M).
Sejak kecil Imam Hambali sudah menjadi anak yatim dan hidup dalam kekurangan. Namun, berkat bimbingan sang ibu yang shalihah, Imam Hambali menjadi sosok muslim yang taat lagi mencintai ilmu, kebaikan dan kebenaran.
Banyak kisah inspiratif dari perjalanan hidup sang ulama zuhud yang telah menghafal satu juta hadis ini.
Sejak usia belia walau hidup serba kesusahan, tekad beliau untuk menuntut ilmu amat lah luarbiasa. Beliau telah berkelana ke berbagai negeri dan penjuru dunia untuk menuntut ilmu dari ratusan ulama besar saat itu.
BACA JUGA: Siapa Wanita yang Menghadap Imam Ahmad Ini?
Bahkan setelah menjadi imam besar, kebiasaan beliau untuk menuntut ilmu langsung dengan mendatangi guru-gurunya masih senantiasa beliau lakukan. Maka tak aneh bukan bila Imam Hambali memiliki ilmu yang sangat luas. Ahmad bin Said Ar-Razi bahkan memuji ketinggian keilmuan Imam Hambali. (Lihat : Manaqib Imam Ahmad, hlm 90)
Sebagai seorang murid beliau begitu hormat dan sayang kepada para gurunya. Misalnya, Imam Hambali senantiasa mendoakan salah satu gurunya, yaitu Imam Syafi seusai shalat selama 40 tahun. (Lihat : Mawsu’ah al-Akhlaq, 1/329).
Sementara, sebagai seorang guru beliau adalah guru yang amat keras dalam mendidik serta senantiasa memberikan teladan yang baik bagi murid-muridnya. Ketika beliau mengetahui muridnya tidak menunaikan shalat malam, maka tak segan Imam Hambali akan berhenti mengajar murid tersebut.
BACA JUGA: Ketika Imam Hambali Berguru pada Pembantu
Seperti halnya kisah Abu ‘Ismah yang pernah bermalam di rumah beliau. Saat malam tiba, Imam Hambali sengaja menaruh air untuk berwudhu di dekat Abu ‘Ismah.
Menjelang subuh Imam Hambali membangunkan Abu ‘Ismah serta bertanya, “Untuk apa engkau datang kemari?”
“Saya datang ke sini untuk belajar hadis, wahai Imam” jawab Abu ‘Ismah.
“Bagaimana engkau mau belajar hadis sementara engkau tak terbiasa melakukan shalat tahajud? Pergi saja engkau kemana pun engkau mau!” (Lihat : Munthaliqat Thalib al-‘Ilmi, 1/176)
Imam Hambali berkata, “Zuhud itu ada tiga jenisnya. Pertama, meninggalkan keharaman. Ini adalah zuhudnya orang awam. Kedua, meninggalkan perkara mubah yang berlebihan (baca : tak bermanfaat). Ini adalah zuhud orang yang istimewa. Ketiga, meninggalkan perkara yang menyibukkan dari upaya mengingat Allah ta’ala. Ini adalah zuhud orang ‘arif (yang makrifat kepada Allah).” (Lihat : Madarik as-Salikin, II/14)
Sebagai seorang ulama besar selain memiliki sifat zuhu, Imam Hambali juga terkenal ketawadhu’-annya. Pernah suatu ketika seseorang memujinya seraya berkata, “Semoga Allah membalas Anda dengan kebaikan atas jasa Anda kepada Islam.” Lantas beliau bermuka masam, lalu menjawab. “Jangan berkata begitu, tetapi katakanlah, ‘Semoga Allah membalas kebaikan Islam atas jasanya kepadaku’. Memangnya siapa saya dan apa (jasa) saya?!”
MasyaAllah, begitu banyak keteladanan yang bisa kita tiru dari sosok mulia imam besar, Imam Hambali –semoga rahmat keselamatan senantiasa menyertai beliau. []
SUMBER: GURU MUSLIMAH INSPIRATIF