HARI ke-11 bulan Ramadhan, bertepatan dengan peristiwa penting dalamsirah Nabawiyah. Pada hari itu, istri tercinta Nabi Muhammas ﷺ yakni Khadijah binti Khuwailid wafat. Peristiwa itu terjadi pada 11 Ramadhan di tahun ke-10 kenabian. Khadijah wafat di usia 65 tahun, tiga tahun sebelum Nabi hijrah ke Madinah.
Kepergian istri tercinta merupakan peristiwa yang sangat menyedihkan bagi Nabi. Sebab, Khadijah merupakan pendamping hidup yang teramat besar berperan dalam kehidupan Nabi, terutama dalam dakwah Islam. Sepanjang hidupnya, Khadijah mengorbankan seluruh hartanya untuk perjuangan menegakkan risalah Islam yang dibawa Nabi.
Nabi selalu memuji sosok Khadijah dan tak pernah melupakan dia meski setelah bertahun-tahun lamanya sejak kepergiannya. Khadijah tetap memiliki tempat istimewa di hati Nabi, bahkan setelah Nabi menikah dengan istri-istrinya yang lain.
BACA JUGA: Khadijah, sebelum Menikah dengan Nabi ﷺ
Berikut pujian yang disampaikan Nabi terhadap sosok Khadijah:
“واللهِ، ما أبدلَنِي اللهُ خيْرًا مِنْها: آمَنَتْ بِي حِيْنَ كَفَر الناسُ، وصدَّقَتْني إِذْ كَذَّبَنِي الناسُ، ووَاسَتْنِي بِمَالِها إِذْ حَرَّمَنِي النَّاسُ، ورَزَقَنِي منها اللهُ الوَلَدَ دون غَيْرِها من النِّسَاءِ.”
“Demi Allah, Allah tidak memberiku wanita pengganti yang lebih baik daripadanya: Dia (Khadijah) beriman kepadaku tatkala orang-orang mengingkariku. Dia (Khadijah) memercayaiku ketika orang-orang mendustakanku. Dia (Khadijah) membantuku dengan hartanya saat orang-orang tidak mau membantuku. Dialah (Khadijah) ibu dari anak-anak yang Allah anugerahkan kepadaku, tidak dari istri-istri yang lain.”
Dalam Kitab Al-Busyro yang ditulis Sayyid Muhammad bin Alwi Al-Maliki Al-Hasani (ulama besar Makkah) diceritakan, ketika Khadijah sakit menjelang ajalnya di usia 65 tahun, beliau berkata kepada Rasulullah, “Aku memohon maaf kepadamu Ya Rasulullah, kalau aku sebagai istrimu belum berbakti kepadamu.”
Kemudian Khadijah memanggil putrinya Fathimah Azzahra dan berbisik, “Fatimah putriku, aku yakin ajalku segera tiba, yang kutakutkan adalah siksa kubur. Tolong mintakan kepada ayahmu, aku malu dan takut memintanya sendiri, agar beliau memberikan sorbannya yang biasa untuk menerima wahyu agar dijadikan kain kafanku.”
Mendengar itu, Rasulullah berkata, “Wahai Khadijah, Allah menitipkan salam kepadamu, dan telah dipersiapkan tempatmu di surga.”
Ummul mukminin Khadijah pun mengembuskan nafas terakhirnya di pangkuan Rasulullah ﷺ .
Beliau mendekap tubuh istrinya dengan perasaan pilu yang teramat sangat. Air mata Nabi yang mulia pun tumpah dan semua orang yang ada di situ.
Saat itu Malaikat Jibril turun dari langit dengan mengucap salam dan membawa lima kain kafan. Rasulullah menjawab salam Jibril dan kemudian bertanya, “Untuk siapa kain kafan itu wahai Jibril?”
Jibril berkata, “Kain kafan ini untuk Khadijah, untuk engkau ya Rasulullah, untuk Fathimah, Ali dan Hasan.”
Tiba-tiba Jibril berhenti berbicara lalu Rasulullah bertanya, “Kenapa wahai Jibril?”
“Cucumu yang satu, Husain tidak memiliki kafan, dia akan dipenggal dan gugur syahid tanpa kafan dan tak dimandikan,” kata Jibril.
BACA JUGA: 4 Keutamaan Khadijah, Istri Pertama Rasul
Dalam suasana duka itu, Rasulullah berkata di dekat jasad Khadijah yang mulia, “Wahai Khadijah istriku sayang, demi Allah, aku takkan pernah mendapatkan istri sepertimu. Pengabdianmu kepada Islam dan diriku sungguh luar biasa. Allah Maha mengetahui semua amalanmu. Semua hartamu engkau infaqkan untuk Islam. Kaum muslimin pun ikut menikmatinya. Semua pakaian kaum muslimin dan pakaianku ini juga darimu. Namun begitu, mengapa permohonan terakhirmu kepadaku hanyalah selembar sorban?”
Malailkat Jibril berkata kepada Nabi, “Wahai Rasulullah, itulah Khadijah telah datang membawa sebuah wadah berisi kuah dan makanan atau minuman. Apabila dia datang kepadamu, sampaikan salam kepadanya dari Tuhannya dan dari aku, dan beritahukan kepadanya tentang (balasan) sebuah rumah di surga dari mutiara yang tiada keributan di dalamnya dan tidak ada kepayahan.” (HR. Al-Bukhari). []