MADRID—Pemerintah Spanyol meminta maaf atas kekerasan polisi dalam referendum kemerdekaan Catalonia atau Catalan pada hari Minggu (1/10/2017) lalu. Meski ada permintaan maaf, para pemimpin politik Catalonia tetap bertekad untuk memproklamirkan kemerdekaan sesuai hasil referendum.
Permintaan maaf disampaikan Enric Millo, perwakilan Pemerintah Spanyol paling senior di Catalonia.
Pemerintah Catalan mengatakan lebih dari 800 orang terluka setelah polisi berusaha menghentikan jajak pendapat dengan menyerang tempat pemungutan suara. Para pemilih diserang dan kerumunan orang ditembaki dengan peluru karet.
“Ketika saya melihat gambar-gambar itu, dan mengetahui bahwa orang-orang dipukul (dan) didorong, yang bisa saya lakukan adalah meminta maaf atas nama petugas yang melakukan intervensi,” kata Millo dalam sebuah wawancara dengan stasiun TV3 Catalonia.
Sebelumnya, Menteri Pendidikan Spanyol, Íñigo Méndez de Vigo, juga menyampaikan permintaan maaf.
”Jika ada insiden dan orang-orang terluka, maka jelaslah kami menyesal,” ujarnya, yang dilansir The Guardian, Sabtu (7/10/2017).
Kendati ada permintaan maaf, publik Catalonia terlanjur marah atas tindakan represif poilisi Spanyol dan menyatakan ingin tetap merdeka.
Puigdemont dijadwalkan tampil di parlemen Catalan pada Selasa (10/10/2017) untuk melaporkan situasi politik saat ini. Dia juga akan mengumumkan hasil referendum kepada anggota parlemen.
Langkah tersebut—yang dipandang sebagai usaha untuk menghindari larangan Mahkamah Konstitusi Spanyol untuk sidang parlemen Catalonia pada hari Senin—berpotensi memberikan kesempatan bagi deklarasi kemerdekaan sepihak di wilayah tersebut. []