MENCINTAI Nabi Muhammad shalallahu alaihi wa sallam merupkan bagian dari iman seorang muslim. Dalam sebuah hadis disebutkan, “Tidak sempurna iman seseorang sehingga ia mencitai aku melebihi dari anak, ayah kandungnya, dan semua manusia.” (HR Bukhari dan Muslim)
Allah berfirman:
“Katakanlan: ‘Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku. Niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.’ Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS Ali Imran: 31)
BACA JUGA:Â Begini Peringatan Maulid Nabi di Mancanegara (1)
Nah, peringatan maulid Nabi juga disebut-sebut sebagai salah satu bentuk kecintaan tersebut. Kendati ada beberapa pendapat yang menyatakan perayaan tersebut bid’ah. Tak urung banyak umat Islam di seluruh dunia yang memeperingatinya dengan beragam cara.
Benarkah peringatan Maulid Nabi memuat spirit kecintaan terhadap Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam? Yuk, kita telusuri hal ini dari akar sejarahnya.
Pada abad ke-13, umat Islam mengalami kekalahan dalam Perang Salib. Sultan Tuki Utsmani pada masa itu, Shalahuddin al Ayubbi, pun mencari cara agar umat ISlam tetep semangat dalam berjuang menegakkan panji Islam. Maka, dia merujuk pada semangat jihad Nabi Muhammad shalallahu alaihi wa sallam.
Shalahuddin al Ayyubi pun membuat strategi agar umar Islam mampu mengingat kembali perjuangan Rasulullah. Dia kemudian mengadakan sayembara penulisan kitab tentang sejarah hidup Rasulullah. Kitab yang paling berpengaruh pada psikis masyarakat muslim kala itu akan dijadikan sebagai pemenang sayembara tersebut.
Walhasil, sayembara dimenangkan oleh kitab Maulid Syarif al Anam, karya Syaikh Idris al Barzanji. Isi kandungan kitab tersebut ternyata mampu membangkitkan semangat juang umat Islam. Akhirnya, dengan semangat jihad tersebut, pasukan muslim yang dipimpin Shalahuddin al Ayyubi mampu menegakkan Islam dan merebut kembali Yerusalem.
Nah, itulah awal sejarah peringatan maulid Nabi dalam sejarah Islam yang intinya untuk kembali merecharge semangat jihad.
BACA JUGA:Â Begini Peringatan Maulid Nabi di Mancanegara (2)
Pembacaan kitab al Barzanji masih dilakukan hingga masa sekarang,bahkan di Indonesia. Para ulama dan pengikut sufisme-tarekat kerap membacanya pada peringatan maulid Nabi. ini bahkan menjadi semacam kebiasaan di tengah masyarakat Indonesia.
Sejarah mengungkapkan, peringatan maulid nabi merupakan sebuah cara yang dapat digunakan untuk memantik kebaikan. Itulah yang menjadi esensinya. Seyogyanya esensi tersebut tak boleh lepas darinya sampai kapanpun juga. []
Sumber: Di Balik 7 Hari Besar Islam/ Karya: Muhammad Sholikhin/ Penerbit: Garudhawaca/ Tahun: 2012