SUDAH menjadi komitmen dari pengelola Sekolah Tinggi Agama Islam Luqman al-Hakim atau biasa disingkat STAIL Surabaya, mengirim lulusannya ke seluruh pelosok Nusantara, guna
memberi pencerahan di masyarakat.
“Proses pembinaan di masa pandemi ini penuh dengan lika-liku. Alhamdulillah bisa dilalui hingga hari penugasan kader dai bisa dilaksanakan,” demikian jelas Dr. Mashud, M.Si, ketua STAIL dalam keterangannya.
Untuk tahun akademik ini, STAIL Surabaya mengirim sebanyak 35 sarjana muda. Disebar dari ujung Barat Indonesia, Aceh, hingga ke ujung Timur, Papua.
BACA JUGA:Â 3 Tahapan Dakwah yang Perlu Diperhatikan
Lebih lanjut, Mashud mengharap, meski dalam suasana yang serba sulit seperti ini, para alumni tetap berusaha memberikan kiprah yang maksimalis di masyarakat, hingga benar-benar merasakan keberadaan para alumnus di tengah-tengah mereka.
“Justru dalam kondisi seperti inilah, masyarakat sangat butuh pencerahan. Wa bil khusus ‘santapan rohani,’ sehingga jiwa mereka kuat dalam menghadapi segala jenis cobaan, tak terkecuali pandemi seperti saat ini,” ulasnya.
BACA JUGA:Â 3 Cara Dakwah Rasulullah ï·º
Acara wisuda dan penugasan kader dai sendiri di selenggarakan di aula lantai empat kampus Hidayatullah (Sabtu, 11, September), Surabaya, dengan menerapkan protokol kesehatan ketat.
Para wisudawan tidak diperkenankan didampingi oleh wali, dan acara hanya dihadiri oleh civitas akademika STAIL Surabaya, dan perwakilan dari Dewan Pengurus Pusat Hidayatullah. []
Sejarah dan Perkembangan STAIL
PesantrenHidayatullah Surabaya adalah Yayasan yang bergerak di bidang pendidikan, dakwah dan sosial yang berdiri pada tahun 1987 dan sampai sekarangberkembang dengan pesat. Dalam bidang dakwah mengembangkan wilayah dakwah dengan membukacabang-cabang baru di seluruh kota Kabupaten di Jawa & Nusa Tenggara. Tumbuhnya cabang-cabang baru tersebut menuntut Pesantren Hidayatullah Surabayamempersiapkan para da’i dankiyai yang siap diterjunkan ke daerah-daerah untuk membina umat di daerahnyamasing-masing.
Berangkatdari latar belakang masalah di atas itulah para pendiri pesantren mendirikanPendidikan Tinggi Islam (PTI), pada tahun 1994 sebagai lembaga pendidikan danpengkaderan yang menggodok calon-calon da’i dan kiyai.
Pada awal berdirinya,STAI Luqman al Hakim bernamaPTI (Pendidikan Tinggi Islam) yang didirikan pada Tahun 1994. Ketika ituperkuliahan berjalan dengan menggunakan 100% kurikulum sendiri dan belummendapatan status terdaftar.Kurikulum tersebut dirancang untuk mencetak kader da’i yang siap diterjunkan kecabang-cabang untuk membina umat di daerahnya.
Melihat perkembangan zaman,tuntutan sosial dan prospek out put mahasiswa, serta peluangnya untukdapat mengikuti program pendidikan yang lebih tinggi (S2 & S3) mengharuskanPTI pada tahun 1997 berubah namanya menjadi STAIL (Sekolah Tinggi Agama IslamLuqman al Hakim), dan berusaha untuk mendapatkan status terdaftar sertaberafiliasi ke Depag. Dengan asumsi bahwa program pengkaderan tetap dominan,dan mahasiswa sekaligus mendapatkan materi perkuliahan yang berisi kurikulumnasional. []