DALAM pemberangkatan menuju medan Badar, Rasulullah SAW beserta para sahabat berhenti untuk beristirahat, tepatnya di balik bukit, agak ke sebelah timur laut, kaum muslim sedang membongkar kemah. Nabi tahu bahwa tidak boleh tidak mereka mesti mencapai perairan di Badr sebelum para musuh tiba di sana. Maka, beliau memerintahkan untuk melakukannya secepat mungkin.
Baru saja mereka mulai, hujan turun. Beliau menegaskan, itu adalah rahmat dari Allah, sebuah berkah dan restu bagi mereka. Hujan menyegarkan tubuh mereka, menghapuskan debu yang menempel pada tubuh mereka, memadatkan dan menghaluskan tanah pasir di Lembah Yalyal yang sedang mereka lalui. Tetapi di sisi lain, hujan merepotkan para musuh yang sedang mendaki Bukit Aqanqal, di sisi lembah yang berlawanan dengan Badr.
BACA JUGA: Segenggam Pasir Lumpuhkan Musuh di Perang Hunain
Sumber-sumber air itu semuanya berada di lembah dekat kaum muslim. Nabi memerintahkan mereka untuk berhenti di sumur pertama yang mereka temukan. Tetapi, seorang Khazraj, Hubab ibn al-Mundzir menemui beliau dan bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah tempat kita berhenti sekarang ini telah difirmankan Allah kepadamu ataukah sekadar usulan strategi perang?”
Nabi kemudian menjawab bahwa itu hanya kebijakan beliau, bukan firman Allah. Hubab pun mengusulkan, “Tempat ini kurang tepat untuk berhenti. Wahai Rasulullah! Marilah kita terus maju hingga sampai di sebuah sumur besar yang terdekat dengan posisi musuh. Kita berhenti di sana, menutup sumur-sumur yang ada di sekitarnya dan kita membangun waduk untuk kita. Dengan demikian, saat berperang, semua persediaan air hanya milik kita, sementara musuh tak bisa mendapatkan air.
Usulan itu langsung disetujui Nabi, dan rencana Hubab itu segera dilaksanakan secara detail. Sumur-sumur itu pun ditutup dan sebuah waduk dibangun, dan masing-masing pasukan mengisi penuh kantung airnya. Sa`d ibn Mu’adz mendekati Nabi dan berkata, “Wahai Rasulullah, izinkan kami membangun tempat perlindungan untukmu. Tambatkan unta-unta tunggangan di sampingnya. Kita berharap Allah memberkahi kita kemenangan. Namun, jika terjadi hal yang tidak kita inginkan, engkau dapat naik dan pergi bergabung dengan orang-orang yang kita tinggalkan di belakang. Kecintaan mereka yang tidak turut berangkat bersamamu wahai Rasulullah, tidaklah kurang dibandingkan kecintaan kami kepadamu. Mereka tentu tak akan tinggal diam, jika mereka tahu, engkau berada dalam bahaya perang. Allah akan melindungimu melalui mereka yang akan memberikan nasihat yang tulus dan akan berjuang di sisimu.”
BACA JUGA: Nabi Tahu Tempat Terbunuhnya Kaum Musyrikin di Perang Badar
Nabi mendoakannya dan merestuinya. Tempat perlindungan itu pun dibuat dari batang pohon kurma. Malam itu, Allah membuat kaum mukmin bisa tidur dengan nyenyak dan tenang, sehingga mereka bangun dengan segar bugar. Hari itu adalah hari Jumat, tanggal 17 Maret 623 M, yang bertepatan dengan tanggal 17 Ramadan, tahun ke-2 Hijriah.
Sumber: Muhammad/ Martin Lings/ Serambi/ 2007