ILMU kesehatan jiwa menemukan bahwa stres yang muncul dalam kehidupan rumah tangga ternyata memberikan pengaruh yang lebih buruk untuk kesehatan dibandingkan dengan stres di lingkungan pekerjaan.
Demikian yang disampaikan oleh Tara Parker-Pope, pengarang buku “For Better: The Science of a Good Marriage”.
Ia menyatakan, “Karena stres dalam rumah tangga dapat berlangsung dalam jangka waktu yang lama dan seringkali sulit untuk dielak atau dihindari, dan banyak pasangan selalu terpapar dengan masalah ini setiap hari, setiap bulan dan bahkan setiap dekade.”
BACA JUGA: Memahami Makna Pasangan
Lebih lanjut Parker-Pope menyatakan, ”Banyak pasangan yang hanya menilai seberapa sering (kuantitas) mereka bertengkar atau berargumentasi, misalnya ‘kita lebih sering bertengkar belakangan ini’ atau ‘kita tidak banyak bertengkar akhir-akhir ini.’
Sebenarnya frekuensi pertengkaran tidaklah penting. Yang lebih penting adalah kualitas pertengkaran tersebut”.
Yang dimaksud dengan “kualitas pertengkaran” adalah, bagaimana cara mereka bertengkar, bagaimana mereka mengakhiri pertengkaran, dan bagaimana mereka menjadikan pertengkaran sebagai pemantik keharmonisan.
Ada pasangan suami istri yang sama-sama bersikap tidak dewasa dalam menghadapi kekecewaan serta pertengkaran. Mereka bersikap kekanak-kanakan, selalu ingin menang sendiri, tidak dewasa dalam menyikapi perbedaan. Dampaknya setiap kali bertengkar, selalu sulit menemukan titik penyelesaian dan perdamaian. []
SUMBER: CAHYADI TAKARIAWAN