SURIAH—Lebih dari 35% anak-anak Suriah tidak mengerti dan mengenali apapun kecuali perang sejak lahir, sebuah studi yang dilakukan berbagai pusat psikologis melaporkan.
Sejak balita,
anak-anak Suriah telah menyaksikan dan hidup berdampingan dengan pemboman, penghancuran, kelaparan dan pengepungan. Beberapa dari anak-anak ini juga kehilangan satu atau kedua orang tua mereka. Lebih buruk lagi, melihat jenazah manusia adalah hal biasa dalam kehidupan mereka.
Menurut Enabbaladi pada Jumat (9/3/2018) situasi ini amat memprihatinkan dan bisa memicu krisis psikologis, yang ciri-cirinya mulai muncul pada beberapa anak Suriah.
Krisis ini harus segera diatasi sebelum anak-anak Suriah berubah menjadi tragedi kemanusiaan yang paling mengerikan, yakni mereka tidak lagi mengakui kebutuhan adanya orang lain dan tumbuh dengan dipenuhi dengan dendam.
Untuk mengatasi hal ini, beberapa pusat psikologis anak mulai mendatangi daerah-daerah di luar kendali rezim Suriah, yang memiliki stabilitas cukup aman bagi warga sipil terutama di Daraa, al-Hasakah dan beberapa bagian dari Idlib.
Beberapa pusat untuk mengatasi trauma anak-anak Suriah di antaranya adalah Tofolati, Qabas dan Olive Branch.
Terlepas dari upaya nyata yang dilakukan oleh organisasi dan pusat lokal di dalam wilayah Suriah, mereka masih terpaksa untuk mengatasi banyak hambatan yang dihadapi oleh kondisi Suriah saat ini. Mulai dari masalah minimnya pendanaan dan kurangnya spesialis, dan juga kesadaran masyarakat Suriah dalam hal pentingnya menawarkan dukungan psikologis kepada anak-anak, terutama setelah perang.
Bahkan menurut prediksi UNICEF, sekitar empat ribu anak Suriah hidup sendirian tanpa keluarga. []
SUMBER: ENABBALADI 9/3/2018