SUAMI adalah imam dalam rumah tangga. Artinya ia memiliki kedudukan yang lebih tinggi dibandingkan anggota keluarga lainnya.
Segala urusan rumah tangga, dikepalai oleh suami, karena suamilah sebagai kepala rumah tangga. Dan sebagai anggota atau bagian dari pengisi rumah tangga, seperti istri dan anak, maka wajib untuk mentaati suami.
Permasalahan yang kini banyak terjadi ialah ketika suami merasa ia paling berkuasa sebagai kepala rumah tangga, maka tak sedikit suami yang bersikap angkuh dan egois.
Bahkan ada pula suami yang selalu berbicara kasar kepada istri, wanita yang dicintainya. Nah, bagaimana menghadapi situasi seperti ini?
Sebagai seorang suami, sudah selayaknya Anda tidak melakukan hal yang demikian. Hak tersebut sungguh sangat disesalkan. Mengapa? Karena Allah telah memerintahkan para suami agar bergaul dengan baik terhadap istri.
Suami memang pemimpin rumah tangga, tetapi tidak berarti dia harus menjadi diktator dan tirani yang zalim. Tugas kepemimpinan suami adalah membimbing dan mengarahkan istri dengan landasan cinta, kasih sayang, musyawarah, disertai dengan dialog yang baik dan sehat.
Tingkatan lebih bagi suami sebagaimana diterangkan Al-Qur’an adalah tingkatan kebaikan dalam perlakuan terhadap keluarga dan beban tanggung jawab suami yang lebih berat.
Kejantanan dan keperkasaan hanya dalam akhlak dan tingkah laku. Bukan dalam kekuatan, kekuasaan, tirani, penindasan dan kedzaliman oleh yang kuat terhadap yang lemah.
Jika Islam memerintahkan agar istri patuh dan taat terhadap suami, maksudnya ialah patuh dalam kebaikan, selalu musyawarah dan sepakat dalam pendapat. Bukan tunduk patuh yang menjurus pada kehinaan dan penyembahan.
Dalam Islam, yang diinginkan ialah kepatuhan dalam kebaikan dengan landasan cinta, kasih sayang dan saling menghargai.
Maka dari itu, Anda sebagai seorang suami, gunakan kedudukan Anda secara bijak. Jangan Anda gunakan posisi itu secara semena-mena. Apalagi sampai menyakiti seorang wanita yang dicintainya. Karena kepatuhan seorang istri kepada Anda, sebagai suami, merupakan bentuk pengabdian atau pun rasa bakti dirinya kepada Anda. Allahu A’lam. []
Sumber: Buku Anda Bertanya Islam Menjawab Karya : Prof. Dr. M. Mutawalli asy-Sya’rawi Penerbit: Gema Insani