MUNGKIN tidak terpikirkan di dalam kehidupan rumah tangga islami bahwa salah satu pasangan, khususnya suami, ternyata loyo atau tidak bergairah terhadap istrinya secara badaniah. Apa sebabnya?
Status sosial istri lebih dominan
Istri merasa lebih tinggi posisinya dibandingkan suami dari segi pendidikan dan sosial ekonomi, sehingga secara tak langsung peran kepala keluarga dan kendali rumah tangga dipegang oleh istri. Situasi ini lambat laun membuat suami kehilangan peran sebagai kepala keluarga, yang tentunya berimbas pada harga diri yang terancam. Perasaan ini, parahnya, bisa terbawa ke tempat tidur.
Tuntutan istri terlalu tinggi
Istri mengharapkan suami agar bersikap sempurna atau sesuai seperti yang diinginkan istri. Akibatnya, istri cenderung menyalahkan apa pun yang diperbuat suami ketimbang menghargai sikap suami. Tidak mesti dari hal besar, persoalan sepele pun bisa jadi pemicu.
Beda pandang tentang jima
Ada perbedaan pandang tentang jima antara suami istri yang biasanya dilatarbelakangi perbedaan kultur. Umpama, suami menginginkan istri mencoba beberapa variasi karena ia menganggap gaya jima yang diinginkan istrinya terlalu monoton. Tetapi istri menolaknya karena ia datang dari keluarga yang memiliki pandangan bahwa tabu untuk melakukan hal yang “aneh-aneh” dalam berhubungan jima, walaupun masih (tentu saja) dalam koridor syariat.
Penampilan istri lusuh
Berhati-hatilah para istri. Sebaiknya jangan pernah lupa untuk wangi dan selalu menarik ketika ada di rumah, bukan sebaliknya. Suami manapun menginginkan istrinya selalu tampil cantik dan wangi di rumah. Tetapi keinginan itu ditanggapi dengan dingin oleh istri karena di rumah memang nyaman kalau mengenakan daster saja.
Istri sering menolak hubungan jima
Suami sering ditolak ketika mengajak istri untuk berjima dengan alasan tertentu; tidak ingin, capek, dan lainnya.
Krisis paruh baya pada pria
Di usia paruh baya, pria sering meragukan kemampuan dan keinginan seksualnya. Allahu alam. []